9 Hal Yang Dibenci Murid dari Gurunya

GURU IDEAL tidak lepas dari penilaian murid. Untuk itu, seorang guru ideal harus mendengarkan aspirasi murid agar perilakunya disenangi murid. Tidak sebaliknya, bersikukuh dan cuek dengan sikapnya sendiri tanpa memperhatikan penilaian dan aspirasi murid. Harmonisasi hubungan guru-murid sangat penting untuk efektivitas pembelajaran yang dinamis dan progressif.

Dalam konteks inilah hal-hal yang dibenci murid sebaiknya menjadi parameter sikap guru yang ditunjukkan kepada murid-muridnya agar murid bisa berkonsentrasi dalam menerima pelajaran dari guru tanpa diganggu hal-hal sepele yang berkaitan dengan karakteristik guru yang tidak disenangi.

Lantas, seperti apa hal-hal yang dibenci murid dari gurunya?

Rekan sejawat, Jamal Ma’mur Asmani memaparkan hal-hal yang dibenci murid dari gurunya, antara lain sebagai berikut :

1) Guru berpakaian kurang rapi

Bagi murid-murid sekarang ini, baik di kota maupun di desa, bahkan sampai ke pelosok Nusantara, kerapian pakaian sudah menjadi kebutuhan utama dalam proses belajar mengajar. Murid sangat senang melihat gurunya berpakaian rapid an sopan.

Murid kurang respect terhadap guru yang berpakaian tidak rapi. Ketika murid senang dengan performance lahir guru, ini akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan murid terhadap materi pelajaran yang disampaikan.

2) Guru jarang masuk kelas

Guru yang sibuk dengan banyak kegiatan di luar sekolah, sebaiknya tidak usah mempertahankan statusnya di sekolah. Karena hal itu akan mengorbankan kepentingan siswa yang mempunya ha katas pelajaran yang diampu sang guru.

Guru yang jarang masuk kelas akan dibenci murid. Murid merasa gurunya tidak sungguh-sungguh, tidak memperhatikan kepentingan mereka, dan bertindak hanya demi kepentingannya sendiri.

3) Guru Pilih kasih, tidak adil
Seorang guru tidak boleh pilih kasih dalam masalah apapun. Sikap pilih kasih akan membuat kebijakan guru tidak dihormati murid-muridnya. Mereka akan bertindak lebih jauh, seperti tidak mengindahkan perintah guru.

Oleh karena itu sikap pilih kasih jangan sampai ditunjukkan guru kepada murid-muridnya. Pandang semua murid sebagai anak yang harus dicintai dan diperlakukan sama demi mempersiapkan masa depan mereka dengan baik.

4) Guru suka memberi PR tanpa mengoreksi
PR (pekerjaan rumah) bisa membuat murid rajin belajar di rumah. Mereka akan mengatur waktunya untuk mengerjakan PR yang diberikan gurunya. Namun, ketika kesungguhan mereka ternyata disia-siakan guru, maka semangat mereka menjadi kendor. Guru tidak pernah mengoreksi PR yang dikerjakan siswa, atau mengoreksinya asal-asalan.

Siswa merasa guru mereka tidak menghormati dan mengapresiasi keseriusan mereka dalam mengerjakan PR. Tidak hanya itu, selain tidak mengoreksi atau mengoreksinya asal-asalan, ternyata nilai PR tidak berpengaruh kepada nilai rapor murid karena manajemen guru lemah dan acak-acakan.

5) Guru berkata kasar dan jorok

Perkataan guru kepada murid harus halus, memikat, dan penuh perhatian. Setiap bimbingan, motivasi, dan nasihat harus disampaikan dengan perkataan yang penuh kelembutan. Tidak keluar dengan mulut kasar yang membuat kebencian dan permusuhan pada murid-muridnya.

Kalau bimbingan, nasihat, dan masukan guru kepada muridnya keluar dengan mulut yang kasar, maka tidak aka nada efektivitas dalam pembelajaran yang dilakukan. Murid akan mencemooh dan mengolok-olok guru yang sering berkata kasar.

Oleh sebab itu, jangan sekali-kali guru berkata kasar kepada muridnya, walaupun murid itu bersikap menjengkelkan. Kedewasaan dalam berkata, adalah perilaku ideal guru.

6) Guru sering menyuruh

Hubungan murid dengan guru adalah hubungan fungsional akademik. Urusan mereka berkisar pada pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, skill, attitude, dan profesionalisme. Di luar urusan itu, guru berfungsi sebagai pengasuh dan pendidik yang memberikan keteladanan baik bagi murid-muridnya.

Karena itu, sikap guru yang suka memerintah di kelas di luar fungsinya tadi, sangat tidak patut.

7) Guru menghukum semena-mena

Menghukum murid harus didasari dengan kasih saying, kebijaksanaan, dan kearifan. Jangan didasari kebencian, permusuhan, dan emosi yang tidak terkendali. Guru adalah pembimbing spiritual murid, sehingga sikap perilakunya harus kon sisten dengan statusnya sebagai pembimbing moral dan spiritual.

Kalau hukuman didasari kasih saying, maka guru akan menghindari cara-cara di luar batas kewajaran. Bahkan guru akan menghukum murid dengan hal-hal positif yang bisa meningkatkan kemampuan dan integritas moralnya. Misalnya, disuruh shalat dhuha 6 rakaat, membaca Al Qur’an 1 juz, menulis shalawat Nabi 3 lembar, dan lain-lain yang mendidik dan tidak menyakitkan perasaan dan menjatuhkan harga diri murid. Walaupun terhukum, namun ia tetap merasa eksistensi dan harga dirinya tidak dilecehkan.

Dengan demikian murid akan tetap menghormati guru dengan penuh cinta dan kasih saying.

Kalau guru menghukum muridnya dengan tindakan semena-mena, misalnya menyuruh murid berdiri di halaman sekolah selama 2 jam, bertindak keras, seperti menampar dan sejenisnya, maka hal itu akan menimbulkan kemarahan murid kepada guru. Bahkan murid akan membalasnya dengan caranya sendiri.

8) Guru cuek di dalam dan di luar kelas
Guru yang senang menyapa murid-muridnya akan dicintai murid-muridnya. Tersenyum dan menanyakan kabar ketika bertemu muridnya adalah sikap yang sangat baik untuk merekatkan hubungan guru dan murid. Ada hubungan emosional yang positif antara guru dan murid. Hubungan mereka tidak hanya belajar mengajar dalam arti formal, tapi juga hubungan psikologis yang sangat akrab dan penuh kemanfaatan.

Jika guru cuek dengan muridnya, baik di dalam maupun di luar kelas, maka tidak akan terjalin hubungan dinamis antara keduanya.

9) Guru susah diminati tolong

Senang menolong murid harus menjadi salah satu karakter guru. Dalam konteks ini, menolong bisa dalam bentuk yang bermacam-macam, seperti memberikan jalan keluar dari masalah yang dihadapi murid, membantu kesulitan murid dalam pelajaran, mengunjungi murid yang sakit, mendoakan dan mendorong kesuksesan murid.

Jika guru susah diminati tolong, merasa tidak punya waktu, dan membiarkan muridnya menyelesaikan masalahnya sendiri, maka sikap guru seperti ini bisa menyakiti perasaan murid.

Selain 9 Hal Yang Dibenci Murid dari Gurunya seperti yang dipaparkan di atas, tentu masih banyak hal yang harus menjadi bahan introspeksi bagi kita sebagai guru, yang tidak disukai murid. Memang tujuan kita mengajar bukanlah supaya disenangi murid, namun jika ada hal-hal yang tidak kita perbaiki dari diri kita dalam hal karakteristik, tentulah akan menjadi hambatan psikologis antara guru dan murid.

Maka selayaknyalah, kita terus memperbaiki diri, memaksimalkan peran kita sebagai guru yang menjadi jalan ilmu bagi kesuksesan muird di masa depan.

Happy teaching!
Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih