Andai Aku Mati Malam Ini, Sebuah Puisi Renungan


Sedikit renungan untuk diri, sebuah puisi yang sedikit menampar keakuan diri. Bahwa diri yang tahu akan menemui kematian, namun tetap dalam kemaksiatan. Bahwa diri yang sadar akan berpisah dengan dunia, namun tak menyiapkan apa-apa. Astaghfirullah.

Andai Aku Mati Malam Ini

Tentu pagi ini aku akan menyelesaikan hak Tuhan-ku dari diriku, memuji dan menghamba kepada-Nya, menambah waktu ruku dan sujud, juga memanjangkan doa

Mungkin aku juga akan menyelesaikan ayat-ayat petunjuk dari-Nya, meski hampir tak pernah dan agak telat, tapi aku memerlukan saat aku menghadap-Nya nanti

Setelah sebagian besar untuk Rabb-ku, waktu yang masih ada akan aku berikan buat istri dan anak-anakku, berwasiat pada mereka untuk yang terakhir kalinya

Bahwa tak berguna harta, jabatan, dan ilmu mereka, kecuali apa yang di jalan Allah. Memberitahu betapa aku menyayangi mereka namun tak mampu menjamin akhirat bagi mereka

Aku akan tuliskan pesan-pesanku pada mereka, sebab aku tahu begitu mudah waktu menghapus yang tak tercatat, menyiapkan mereka untuk mati, agar  siap untuk hidup

Aku akan ubah hartaku menjadi bekal amalku, adapun untuk anak dan istriku, Allah yang akan jamin mereka, lagipula aku perlu banyak amal salih dari hartaku di dunia

Lalu akan aku datangi orangtua dan saudaraku, mengajak mereka sekali lagi untuk menjadi Muslim, agar bukan hanya di dunia bisa berkumpul, tapi nanti juga bersua

Bila ada waktu tersisa, aku hampiri guru-guruku, memohon agar ridha atas pengajaran mereka. Lalu sahabat-sahabatku, meminta mereka ingat padaku di hari berdiri nanti

Aku tak punya waktu buat mereka yang membenciku. Mereka bisa teruskan caci maki, fitnah, cela dan tuduhan mereka kepadaku, aku sangat memerlukannya di hari perhitungan

Itu semua yang pasti aku lakukan ketika aku mati malam ini. Tapi kenapa aku menundanya? Tak melakukan yang terbaik? Mungkin aku merasa, mati masih lama.

Bodohnya diri ini.

Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih