Tergiur Menjadi Tukang Cukur? Inilah 3 Fakta Menarik Tentang Pekerjaan ini


Sepulang dari kantor Kemenag Cianjur, menyempatkan diri untuk memangkas rambut yang lumayan sudah panjang. Kali ini yang saya tuju adalah sebuah "barber shop" di samping Lapang Mandalawangi Desa Kademangan Mande. Sudah beberapa kali sebenarnya saya menggunakan layanan pangkas rambut ini. Selama dicukur, ada banyak obrolan yang menarik seputar "profesi" sebagai tukang cukur, dan seperti biasa, sangat disayangkan jika obrolan tersebut menguap begitu saja, jika tak dituliskan dalam postingan.

Apa menarik menjadi tukang cukur?


Hakikat Bekerja dalam Islam

Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita membahas tentang hakikat pekerjaan. Dalam Islam, 

وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ

“Dan Katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. At-Taubah : 105)


Agama Islam menempatkan bekerja sebagai sesuatu yang terhormat. Menurut ayat di atas, setiap muslim wajib bekerja, sebagai manifestasi dari tanggung jawabnya sebagai khalifah di atas bumi. Islam mencintai muslim yang memiliki etos kerja yang tinggi, giat, mandiri, tidak menyusahkan menjadi beban bagi orang lain, dan semuanya itu diniatkan sebagai ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wasallam bahkan menyifati bekerja sebagai jihad di jalan Allah.

Diriwayatkan beberapa orang sahabat melihat seorang pemuda kuat yang rajin bekerja. Merekapun berkata mengomentari pemuda tersebut, “Andai saja ini dilakukan untuk jihad di jalan Allah, namun Rasul menyela dengan sabdanya, “Janganlah kamu berkata seperti itu. Jika ia bekerja untuk menafkahi anak-anaknya yang masih kecil, maka ia berada di jalan Allah. Jika ia bekerja untuk menafkahi kedua orang tuanya yang sudah tua, maka ia di jalan Allah. Namun, jika ia bekerja dalam rangka riya’atau berbangga diri maka ia di jalan setan”. (HR. Thabrani ).

Jelaslah bahwa hakikat bekerja dalam Islam adalah ibadah, jika dilakukan dalam rangka memenuhi kewajiban dari Allah Ta'ala dan Rasul-Nya. Apapun pekerjaannya itu, asalkan sesuai dengan ketentuan syariat, maka itu tidak masalah. Termasuk menjadi tukang cukur, yang akan kita bahas.

3 Fakta Menarik tentang Pekerjaan Tukang Cukur

Obrolan sekitar 30 menit dengan salah seorang tukang cukur di daerah Cibalagung, menghasilkan 3 fakta yang menarik tentang pekerjaan ini. Fakta yang mungkin ada di setiap pekerja di lapangan pekerjaan ini, walau kisarannya mungkin berbeda.

3 Fakta menarik tentang pekerjaan tukang cukur, yaitu:

1. Skill/ Keterampilan

Skill seorang tukang cukur bisa didapatkan dari dua cara, ikut pelatihan dan belajar mandiri (otodidak). Seorang tukang cukur bisa mendapatkan keterampilannya melalui pelatihan yang banyak diselenggarakan tim-tim profesional. Cara ini tentu lebih baik karena dibekali dengan teori dan prakteknya.

Jika tidak ikut pelatihan memangkas rambut, melalui belajar mandiri pun baik. Banyak tukang cukur di daerah yang tidak memiliki sertifikat pelatihan memangkas rambut, namun tetap saja layanannya diminati masyarakat. Beda sekali dengan guru, yang memang sebuah profesi menuntut profesional dari segi skill dan kualifikasi pendidikan.


2. Modal Usaha

Modal usaha, menurut tukang cukur yang saya ajak obrol, awalnya memerlukan dana sekitar lima juta rupiah. Biaya ini untuk membeli alat-alat standar tukang pangkas rambut, sewa tempat (hitungan sewa bulanan), dan biaya pernik lainnya.

Biaya ini apakah besar atau kecil? Tergantung perspektif masing-masing tentu. Yang jelas dengan harga tersebut masih terjangkau untuk pengusaha UMKM. Tapi modalnya jangan dari RIBA juga ya..


3. Penghasilan

Nah ini sebenarnya yang menjadi fokus perhatian. Di pangkas rambut Cibalagung ini, pelanggan per hari rata-rata 30 orang. Hitungan kasar, harga jasa pangkas rambut Rp 12.000 x 30 orang, sebanyak Rp 360.000 perhari. Jika minimalnya saja Rp 300.000 per hari, berarti sebulan sebanyak 9 Juta. Menurut saya, sebuah angka fantastis.

Inti dari semua ini adalah:

1. Bahwa bekerja adalah kewajiban, yang akan mendatangkan pahala jika sesuai syariat dan hanya karena Allah Ta'ala.

2. Bekerja yang halal, apapun itu, tetap terhormat dalam pandangan Islam. Bukan gengsi yang jadi atensi, namun keridhoan Allah yang harus menjadi fokus.

3. Tak layak bagi kita, menganggap rendah pekerjaan orang. Semua memiliki kavling masing-masing. Yang paling mulia, tentu yang paling bertakwa.

Demikian posting sederhana mengenai 3 fakta tukang cukur. Semoga bermanfaat. Setelah membaca postingan ini, apakah Anda tergiur menjadi tukang cukur?


Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih