Ulasan Puisi "Kematian Indah yang Telah "Ema" persiapkan"

Apa yang terpikir dengan kata "Ema"? Dalam Basa Sunda, "Ema" adalah sebutan untuk ibu, selain dengan menggunakan kata "indung", "ibu", "ummi", "mamah", dan lain-lain. Kata "Ema" juga dipakai untuk menyebut seseorang perempuan yang lebih tua, yang memiliki kesan tersendiri dalam kehidupan seseorang, yang ada dalam pengasuhannya, walau lama waktunya relatif.

Bagi seseorang yang mendapatkan kebaikan dari seorang "ema", walau itu bukan ibu kandung, kesan baiknya akan senantiasa membekas dalam hati. Kasih sayang ditumpahkan layaknya kepada ibu sendiri. Itu wajar, jika seseorang itu memiliki rasa penerimaan yang besar, atas kebaikan seorang "ema". Bukankah seseorang yang berterima kasih kepada manusia, berarti bersyukur kepada Allah Ta'ala?


Seorang insan, pernah hidup bersama dengan seorang "ema" dalam waktu yang cukup lama. Bergaul bersamanya dengan selaksa kebaikan, juga pelajaran hidup. Belajar tentang keikhlasan dan penerimaan, membersamai proses bertumbuhnya kedewasaan, semua itu tertumpah dalam kisah tentangnya, tentang "Ema", yang kini sudah tiada. Ketiadaan yang tetap menggoreskan kenangan dan kerinduan. Kisahnya ada dalam puisi berjudul "Ema".

EMA

Istimewa bersamamu
Kau ajarkan banyak nilai, dalam tindakmu
Penerimaan positif, atas apapun

Kau membersamai perjuanganku
Kau mendampingi fase hidup sesungguhnya tentang diriku
Tak kuat tuk kembali kubayangkan
Semua tentang dan denganmu

Apa Yang mampu kulakukan untuk kebaikanmu itu?

Nina Gartina
Walau judulnya "Ulasan Puisi", namun untuk puisi ini rasanya saya tak berani untuk mengubah setiap baris kata, tak mampu untuk mengurai kenangan yang tergambar di dalamnya. Maka biarlah beliau secara utuh bercerita tentang sosok yang disebut "Ema". Biarlah beliau yang berkata tentang kenangannya. Dan, jika ada kemanfaatan, kita mengambil pelajaran darinya.

Kematian Indah yang Telah "Ema" persiapkan

Penyesalan yang terlalu banyak, karena kami tak menjadi pembaktimu.
Kini...hanya mampu hanyut dalam sesak tangis bersama kenangan-kenangan kasih sayangmu ketika itu. Berbalut do'a, Allah mengampuni dan menyayangimu di sana.

Kematian indah yang telah Ema persiapkan sejak lama, ilmu luar biasa untuku.

Kapas-kapas penutup raga terakhirmu, kau tanam petik sendiri dari kebun belakang. Kau jemur kemudian kau jua yang susun, sambil sesekali kau pasangkan di wajahmu yang penuh senyum keikhlasanmu itu, tuk memastikan ukurannya sesuai, MasyaaAllah.

Ema, Alhamdulillahirobbil'aalamiin, Allah hadirkan engkau dalam hidup kami, meski hanya 6 tahun saja. Ibu kost, yang menjadi orang tua kami ketika tugas di Cibinong, yang do'anya menjadi do'a keramat ke-3 setelah Mamah dan Embah, kini terputus sudah.

Terima kasih atas tulus sayangmu pada kami, untuk Iza terutama bela-belaan ngelarang cari baby sitter, "biar Ema saja yang asuh" ucap Beliau waktu itu.

Hanya peluk do'a yang mampu kami kirim, sebagai pelipur rindu ini padamu.

Semoga SYURGA untukmu Ema. Al-Faatihah.

Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih