Metode Terbaik Menafsirkan Al Qur'an dan Rambu-rambu Penafsirannya
Dan tadabbur dalam ayat ini maksudnya adalah usaha untuk memahami.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa menjelaskan kepada para sahabat apa yang sulit mereka pahami dari makna AlQur'an Al-Karim.
Akan tetapi penguasaan mereka terhadap bahasa Arab di zaman itu disertai dengan turunnya Al-Qur'an dengan bahasa mereka, mencukupkan mereka untuk tidak banyak bertanya tentang makna Al-Qur'an, akan tetapi seiring dengan berlalunya waktu maka kebutuhan untuk tafsir Al-Qur'an semakin bertambah.
Terbentuklah dari apa-apa yang diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu 'alaihu wasallam dan para sahabatnya serta dari murid-murid mereka dari para tabi'in dari penafsiran Al-Qur'an.
Awal mula ilmu tafsir Al-Qur'an yang kemudian disebut dengan Tafsir Al-Ma'tsur, yang dianggap sebagai sarana terpenting untuk memahami Al-Qur'an Al-Karim, karena hal tersebut menjelaskan kepada kita akan pemahaman generasi awal terhadap ayat-ayat Al-Qur'an Al-Karim, dikarenakan penguasaan mereka terhadap mereka kejadian yang dan luas keadaan terhadap yang bahasa terjadi Arab, ketika dan Al-Qur'an kesaksian diturunkan.
Macam-Macam Ilmu Tafsir
Beragam kecenderungan ulama' tafsir sesuai dengan beragamnya konsentrasi ilmiyah mereka, maka muncullah kitab-kitab tafsir yang lebih memperhatikan dari sisi penafsiran bahasa, dan kitab-kitab tafsir yang lebih memperhatikan dari sisi penjelasan hukum-hukum fiqih, dan yang lain dari sisi sejarah, akal, akhlak dan sejenisnya, maka para ulama' tafsir membagi tafsir menjadi dua bagian:
Pertama: tafsir bil ma'tsur, yaitu tafsir yang diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, para sahabat, dan tabi'in.
Kedua: tafsir dengan akal atau ijtihad yang dibangun di atas asas ilmiyah yang benar.
Metode Terbaik Dalam Menafsirkan Al-Qur'an Serta Rambu-Rambunya
Tafsir bil ma'tsur lebih diutamakan dalam menafsirkan Al-Qur'an Al-Karim, karena diriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya, serta murid-murid mereka dari kalangan tabi'in, yang tentu merekalah yang paling mengetahui hal tersebut, dan apabila dibutuhkan untuk penjelasan yang lebih luas akan tetapi tidak termuat dalam tafsir bil ma'tsur, maka seorang penafsir haruslah memperhatikan rambu-rambu penafsiran.
Rambu-rambu dalam menafsirkan Al Qur'an
1. Memperhatikan riwayat-riwayat yang benar dari tafsir bil ma'tsur berupa penjelasan makna ayat, dan tidak menafsirkan dengan sesuatu yang bertentangan dengannya.
2. Menafsirkan sesuai dengan makna umum Al-Qur'an Al-Karim, yang telah dijelaskan dalam hadits-hadits Nabi, dan tidak dibolehkan bagi seorang penafsir untuk menafsirkan ayat bertentangan dengan makna-makna tersebut, karena Al-Qur'an Al-Karim saling menjelaskan satu sama yang lain, dan tidak saling bertentangan, juga hadits-hadits Nabi telah menjelaskan dan merincikan hal yang masih umum dalam Al-Qur'an.3. Seorang penafsir haruslah mengetahui ilmu kaidah bahasa Arab yang berkaitan dengan kandungan-kandungan lafaz, dan susunan Al-Qur'an kalimat serta bentuk-bentuk penggunaan dengan bahasa kata bahasa Arab, sesuai dengan diturunkan kaidahnya.
4. Mengembalikan ayat-ayat mutasyabih (yang tidak jelas maknanya) kepada ayat-ayat muhkamat (yang sudah jelas maknanya) ; karena Al Qur'an saling menafsirkan satu sama lain, dan kebanyakan ayat Al-Qur'an Al-Karim maknanya jelas, akan tetapi ada juga ayat-ayat mutasyabih yang tidak dipahami oleh sebagian orang, dan mengembalikannya ke ayat-ayat muhkamat akan membantu dalam memahami artinya dan memperjelas maknanya.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
Adapun orangorang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:
"Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami."Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal" (QS.Ali Imraan: 7)
5. Menyebutkan fakta-fakta ilmiyah yang baku, ketika menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan alam semesta, tanpa memaksakan teori-teori ilmiyah dalam menafsirkan Al-Qur'an, agar supaya Al Qur'an tidak dimaknai dengan makna yang tidak dikandungnya.
6. Berhati-hati dari takwil yang tidak benar, yang dapat membawa jauh makna perkataan Allah dari hakikat syariat yang suci, dan dapat mengeluarkannya dari kaidah bahasa Arab; baik dengan maksud sengaja menyelewengkan, atau karena kebodohan terhadap bahasa Arab, kandungan-kandungannya dan bentuk-bentuk penggunaannya, atau yang disebabkan oleh persangkaan makna yang rusak yang kalamullah disucikan dari hal tersebut.
Demikian pembahasan mengenai Metode Terbaik Menafsirkan Al Qur'an, disertai rambu-rambu dalam penafsiran ya.