Kenapa Negara Jepang Maju, Padahal Sebagian Besar Penduduknya Tidak Beragama?

Ada sebuah pertanyaan dari seorang kawan, " Boleh tanya...kenapa negara Jepang bisa maju, padahal sebagian besar penduduknya tidak percaya kepada agama?"


Jawaban saya pada waktu itu, "Konsep kausalitas hukum Allah berlaku untuk semua makhluk. Termasuk manusia, mau Islam kah, kafir kah, tak beragama kah, jika ia SUNGGUH2 dalam mengupayakan sesuatu, Allah akan beri apa yang ia tuju"


Jawaban Pertanyaan 

Untuk menjawab pertanyaan di atas, setidaknya kita bisa melihat dari beberapa sudut berikut :

1. Kasih sayang Allah lebih dahulu dibanding azab-Nya.

Dengan kata lain, Allah mendahulukan kasih sayang dibanding azab. Sebagai contoh, sebejat-bejatnya Fir'aun yang mengaku dirinya sebagai tuhan, tetap saja Allah mengutus Nabi Musa dan Nabi Harun untuk mendakwahi Fir'aun. Mengajak kembali ke jalan Allah Swt. Dakwah adalah salah satu bentuk kasih sayang, sebelum azab ditimpakan.

2. Dalam lafadz " Bismillahirrahmaanirrahiim", ada kata " rahman" dan "rahim".

Rahman, adalah kasih sayang Allah yang ditebarkan kepada seluruh makhluk-Nya di dunia. Siapapun dia, Allah memberikan kasih sayangnya kepada ciptaan-Nya.

Kasih sayangnya itu sebagai cobaan. Ada orang yang enggan beribadah, namun dalam hal kekayaan, melimpah. Sebaliknya, ada orang yang giat beribadah, giat melaksanakan ketaatan, namun dalam hal rizki, banyak kekurangan. Ini adalah ujian dan cobaan. Apakah dengan segala keadaan tersebut, manusia tambah taat atau bahkan tambah maksiat.

Untuk poin ini mungkin berlaku, jawaban saya di atas, "Konsep kausalitas hukum Allah berlaku untuk semua makhluk. Termasuk manusia, mau Islam kah, kafir kah, tak beragama kah, jika ia SUNGGUH2 dalam mengupayakan sesuatu, Allah akan beri apa yang ia tuju".

3. Kemegahan Duniawi bukan Tanda Kemajuan

Dalam Al Qur'an banyak disebutkan kisah-kisah kaum terdahulu yang begitu hebat kemajuan peradabannya. Kaum Tsamud, Kaum 'Ad, Kaum Fir'aun dan yang lainnya adalah contoh kaum yang tinggi kemajuan peradabannya.

Namun di saat yang sama, Al Qur'an pun menyebutkan, kaum-kaum tersebut diberi azab yang sangat hebat dari Allah SWT, karena mereka tidak mau beriman kepada Allah SWT.

Artinya, kemajuan dalam hal duniawi, jika tidak disertai keimanan kepada Allah SWT, akan sia-sia dan bahkan bisa menjadi sebab datangnya azab dari Allah SWT.

Ketiga hal di atas, mungkin bisa menjadi jawaban atas pertanyaan sahabat saya tadi.

3 Simpul Besar Orientasi Kehidupan Manusia

Dalam kehidupan ini, ada 3 pertanyaan simpul besar ( uqdatul kubro ) orientasi kehidupan manusia yang mesti dipecahkan oleh seseorang. Jika salah dalam memberikan jawaban, maka akan salah juga arah kehidupan seseorang.

Pertanyaan pertama, DARI MANA KITA SEBELUM KEHIDUPAN INI
Pertanyaan kedua, AKAN KEMANA KITA SETELAH KEHIDUPAN INI
Pertanyaan ketiga, UNTUK APA KITA HIDUP DI DUNIA

Menjawab tiga pertanyaan di atas, ada 3 jawaban umum :
1. Atheis : kehidupan ini berasal dari materi, akan kembali menjadi materi, dan di dunia ini hanya untuk mengejar kekayaan, kejayaan, dan "kebahagiaan" sebanyak-banyaknya. Hidup ini tidak perlu agama.

2. Sekuler : Kehidupan ini berasal dari Sang Pencipta, dan setelah kehidupan ini akan kembali kepada Pencipta. Di dunia ini hanya untuk mengejar manfaat sebanyak-banyaknya, dan memisahkan agama dari kehidupan ( fashlu ad-diini 'anil hayah). Dalam artian, kehidupan ini tidak perlu diatur dengan agama.

3. Islam : Kehidupan ini berasal dari Allah SWT, akan kembali kepada Allah SWT, dan kehidupan ini hanya semata untuk menjalankan ketaatan kepada Allah SWT. Dalam Islam, semua aspek kehidupan ini harus diatur oleh aturan yang dibuat sang Pencipta.

Dari tiga jawaban ini, jika pertanyaan : " Boleh tanya...kenapa negara Jepang bisa maju, padahal sebagian besar penduduknya tidak percaya kepada agama?" bisa terjawab dengan poin 1 atau 2.

Dalam Islam, prinsip hidup ini adalah menjalankan ketaatan kepada Allah SWT.  Bukan didasarkan asas "manfaat dan maslahat". Jika menurut ukuran manusia, sesuatu itu "manfaat" namun bertentangan dengan ketentuan Allah, maka kita ambil ketentuan Allah SWT. Menurut manusia, demokrasi memiliki kemanfaatan, namun dari segi Islam, sistem pemerintahan tersebut "kufur", maka sewajibnya kaum muslim menolaknya.

Demikian mungkin jawaban sederhana saya atas pertanyaan sahabat tadi. Wallahu a'lam.

Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih