Tentang Cinta Suami dan Istri, akankah Tetap Bersemi atau Mati?


Tentang Cinta Suami dan Istri . Cinta antara suami dan istri tidak sama dengan cinta antar kerabat yang dihubungkan dengan pertalian darah. Cinta antara suami dan istri adalah sesuatu yang dinamis, yang perlu dirawat supaya tetap hidup dan tumbuh.

Dalam masa 5-10 tahun akan terasa oleh orang-orang yang bersangkutan, bagaimana cinta itu telah menjadi lebih dalam daripada waktu awal mereka menikah, atau sebaliknya cinta telah menjadi layu, dingin, dan mendekati proses kematiannya.

Dalam sebuah pernikahan yang baik dan bahagia, cinta akan selalu tumbuh sebagai hasil perawatan dan pemeliharaan yang baik terhadap cinta yang murni itu. Baik suami maupun istri, sejak awal kehidupan pernikahan, mereka haruslah sama-sama menyadari bahwa cinta itu adalah barang yang “hidup”. Jangan biarkan cinta layu dan mati. Apabila mati, usaha untuk menghidupkannya kembali—walaupun bukan sesuatu yang mustahil—sungguh berat dan tidak mudah.

Bayangkan, apa yang terjadi jika tidak ada lagi kehangatan antara suami-istri? Keduanya mendapati hubungan mereka seakan diselimuti es, dan cinta yang bersemi di awal pernikahan berubah menjadi sesuatu yang dingin. Ungkapan, “Rumahku adalah surgaku” terbang entah kemana, suasana rumah pun menjadi rutinitas menjemukan dan membosankan.

Keadaan seperti ini bisa menimpa siapa saja. Pernikahan, layaknya kehidupan, memiliki dinamika dan romantika. Kadang suami-istri mendapati rumah tangganya berjalan mulus, kerikil yang ada dapat dilewati bersama, dan keduanya merasa bahagia dalam kebersamaan mereka.

Pada saat yang lain kadang muncul perselisihan, yang biasanya disertai dengan kemarahan, kekesalan, bahkan menimbulkan “perang dingin” di antara keduanya. Pada waktu berikutnya, terjadi salah satu dari keduanya atau keduanya dilanda kebosanan dan kejenuhan dalam menjalani rutinitas kehidupan rumah tangga. Semua ini adalah manusiawi dan wajar, sepanjang tidak membuat hati keduanya saling menjauh.

Dinamika dan romantika adalah sunnatullah dalam pernikahan, tidak seorang pun dapat mengubahnya. Oleh karena itu, terimalah dinamika dan romantika (termasuk perselisihan) itu menjadi bagian dari rumah tangga anda, yang akan membuat rumah tangga menjadi penuh warna.

Dari sini kita dapat mengerti bahwa rumah tangga yang bahagia dan harmonis itu bukanlah tanpa ada romantika maupun perselisihan, melainkan rumah tangga yang dapat menyikapi dan menjadikan perselisihan yang ada sebagai pemberi warna dalam pernikahan. Semoga bermanfaat ! (www.abufadli.com)

Refresh Your Family
Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih