Hidup adalah Keberanian Menghadapi TANDA TANYA

Hidup adalah Keberanian Menghadapi TANDA TANYA. Jika membaca kalimat-kalimat seperti ini, saya merasa kembali ke 20 tahunan yang lalu. Ketika muda, sangat besar ketertarikan terhadap dunia sastra, "memuja" filosofi kata-kata. Sekarang? Ya tergerus dengan pergumulan realita.

Jujur, kita butuh kata-kata mutiara, kata-kata bermakna, quotes,  ayat-ayat suci dan sabda nabi. Kesemuanya menjadi motivasi, pengingat, penunjuk arah, dan pemacu diri.

Coba kita tempel kata-kata motivasi itu di ruang tamu, di ruang keluarga, di kamar, atau mungkin di pintu, agar setiap saat kita lihat dan kita baca. Semakin intens dilihat dan dibaca, akan semakin masuk dalam memori kita.

Hidup adalah Keberanian Menghadapi TANDA TANYA

Berulangkali kita meyakini dan memahami, bahwa hidup ini adalah untuk menjawab dan melaksanakan jawaban yang kita berikan, terhadap 3 persoalan besar.

Dalam bahasa pewayangan, dikenal dengan istilah "purwa-daksi", purwa itu "wiwitan"(awal) dan "daksi" itu "lekasan" atau akhir. Dalam Islam, 3 persoalan pokok itu dikenal dengan istilah "UQDATUL KUBRA", yang berarti simpul besar.

Uqdatul Kubra itu meliputi 3 pertanyaan mendasar tentang kehidupan, yaitu :
1. DARI MANA asal kehidupan ini?
2. MAU KE MANA setelah kehidupan di dunia ini?
3. UNTUK APA kita hidup di dunia ini?

Setiap insan akan memberikan jawaban atas 3 pertanyaan itu. Dan ia akan menjalani kehidupannya berdasar jawaban tersebut. Setiap insan akan berbeda-beda mungkin dalam memberi jawaban.

Dalam realita kehidupan, akan muncul 3 variasi pelaksanaan jawaban itu.

Kesatu :
Ada seseorang yang meyakini, bahwa hidup ini bermula dari materi, dan akan kembali menjadi materi. Tiada pencipta, semua ada dengan sendirinya. Dalam dirinya tertanam keyakinan bahwa ketika ia mati, selesailah semua urusan, tak akan ada pertanggungjawaban. Sehingga, ia dalam menjalani kehidupan tujuan utamanya materi dan kesenangan, tanpa beban dosa dan kesalahan.

Tipe orang semacam ini adalah ATHEIS, KOMUNIS.

Kedua:
Ada orang yang meyakini, bahwa Allah yang menciptakan kehidupan ini, dan semua akan berpulang kembali kepada-Nya. Namun untuk urusan dunianya, menurut keyakinannya, Allah tidak berhak menentukan aturan. Aturan kehidupan yang pantas dijalankan, adalah aturan yang dibuat menurut nafsu manusia, berdasar asas MANFAAT dan MASLAHAT.

Fashlu ad-diin 'anil hayah, memisahkan agama dari kehidupan. Agama hanya ada di ruang individu, sedangkan seluruh aturan kehidupan dikonsep dan dibuat atas kesepakatan antar manusia atau perwakilan yang ditunjuk.

Faham seperti ini kita kenal dengan istilah SEKULER.

Ketiga:
Di kelompok terakhir ini, penganutnya meyakini bahwa ASAL kehidupan ini, Allah-lah yang menciptakan semuanya, dan akan kembali kepada-Nya. Dan kehidupan ini tiada lain adalah untuk menjalankan SEGALA ATURAN yang telah dibuat oleh Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya.

Setelah kematian, akan ada pertanggungjawaban amal selama di dunia, apakah selaras dengan ATURAN Allah, atau tidak. Jika selaras, maka berbahagialah ia. Jika berlainan, maka sengsaralah ia.
Yang ketiga ini dinamakan ISLAM

Ketiga faham ini :ATHEIS, SEKULER, dan ISLAM, adalah buah dari jawaban uqdatul kubra, yang kita bahas tadi. 

Kesengsaraan di akhirat nanti, akan menimpa penganut ATHEIS dan SEKULER. Dan in syaa Allah, kebahagiaan berupa surga akan dihadiahkan kepada penganut ideologi ISLAM, yang rela seluruh sendi kehidupannya diatur menurut aturan ISLAM, semua sudut dilihat dari kacamata ISLAM. 

Khotimah...
Sekali lagi, Hidup adalah Keberanian Menghadapi TANDA TANYA. Keberanian menjawab pertanyaan, dan keberanian menjalankan jawaban pertanyaan. 

Hidup adalah Keberanian menghadapi segala problematika, dan menyelesaikannya dengan aturan ISLAM.

Hidup adalah keberanian menghadapi akibat dari berpegang teguh dan istiqomah terhadap ISLAM, yang terkadang dicaci penduduk bumi, namun in syaa Allah, dipuji penduduk langit.
Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih