Kenapa ada Konflik antara Mertua dengan Menantu?

Gambar hanya pemanis saja...:)

Pernikahan menurut Islam sebagai mitsaqon gholido, sebuah ikatan yang agung. Selain sebagai pemenuhan ghorizah an-nau, naluri ketertarikan dengan lawan jenis dan melanjutkan kehidupan dengan keturunan. Pernikahan juga untuk menyatukan dua keluarga besar.

Pernikahan tidak hanya menyatunya dua insan dalam ikatan rumah tangga, namun semua keluarga masing-masing akan ikut juga terhimpun dalam ikatan itu. Orang tua si laki-laki secara otomatis menjadi orang tua si wanita, begitu juga sebaliknya. Kita menyebutnya, MERTUA. Sedangkan si anak disebut MENANTU.

Tapi, mengapa terkadang ada konflik antara mertua dengan menantu?

Menurut para cendekia, pernikahan itu ibadah terlama. Yang namanya ibadah, senantiasa ada syetan penggoda. Si penggoda itu tidak mau sepasang suami istri diridhoi Allah SWT, dengan pernikahannya. Ia menginginkan rumah tangga itu penuh konflik dan kemaksiatan. Penuh intrik dan perselingkuhan.

Jika sepasang suami istri teguh dengan godaan dan permasalahan dari dalam, maka mesti dipersiapkan menghadapi rongrongan dari luar rumah tangga. Kita mengenalnya sebagai orang ketiga. 

Siapa orang ketiga itu? Banyak. Dan yang umum kita dapati, permasalahan datang dari ketidakharmonisan antara mertua dengan menantu.

Beberapa hari yang lalu, ada seorang ibu muda dengan dua anak datang menemui kami (saya dan istri), mengadukan kezaliman mertuanya yang sekuat tenaga ingin memisahkan ikatan rumah tangga dengan suaminya. Panjang lebarlah ia bercerita.

Ada juga seorang istri yang menilai mertuanya, dalam hal apapun lebih membela dan membangga-banggakan saudaranya, dibanding dirinya.

Penyebab keretakan hubungan menantu-mertua

Dari beberapa kasus yang saya lihat dan saya dengan langsung dari pihak-pihak terkait (wah kaya tim investigasi....), ada beberapa penyebab konflik dan kekurangharmonisan hubungan antara menantu dan mertua, antara lain :

1. Faktor ekonomi
Jika sebelum menikah, penghasilan anak laki-laki, hampir semuanya ternikmati oleh ibunya. Namun ketika si anak laki-laki itu sudah menikah, maka otomatis si anak akan memberikan penghasilannya kepada istrinya.

Jika si mertua ini kurang menyadari perubahan ini, maka akan timbul sifat iri dan hasud dalam dirinya. Mungkin saja syetan dari golongan jin maupun dari golongan manusia, akan ikut bermain, memanas-manasi sehingga makin keruhlah suasana.

2. Faktor perhatian
Jika sebelum menikah, sang anak akan secara penuh memberi perhatian kepada ibu/bapaknya. Namun setelah menikah, tentulah porsi perhatian itu akan jauh tertumpah kepada istri/suaminya.

Sama halnya dengan faktor ekonomi, jika orang tua kurang menyadari hal ini, tentu akan menimbulkan masalah dengan menantunya.

3. Faktor ketidaksesuaian pilihan
Seandainya si anak memilih pasangan untuk menikah, berlainan dengan pilihan orang tuanya, bisa menjadi masalah, ataupun tidak. 

Jika orang tuanya  keukeuh dengan pilihannya, tentu akan mengganggu keharmonisan rumah tangga anaknya. Namun jika orang tua memahami bahwa siapapun yang dipilih anaknya, adalah yang terbaik bagi si anak, tentu ini akan menambah kekuatan ikatan rumah tangga si anak.

Itu beberapa faktor yang membuat terjadinya konflik antara menantu dan mertua.

Langkah terbaiknya, kedua pihak introspeksi. Mengurai masalah dalam dirinya, mengkomunikasikan dengan suami/istri, dan juga dengan orang tua/mertua.

Sama-sama memahami bahwa rumah tangga yang dijalankan adalah rumah tangga anaknya. Diberi kesempatan untuk menjalani dan menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi. Peran orangtua dan mertua, sebagai konsultan dan membantu memberikan solusi.

Semoga rumah tangga kita masing-masing dibimbing dan diridhoi Allah SWT. Aamiin. 
Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih