Antara Yang BENAR dan Yang BAIK
Jika kebenaran, ukurannya ditentukan manusia, yang notabene memiliki kelemahan, maka kebenaran itu akan bersifat nisbi atau relatif. Kebenaran akan memiliki banyak versi, tergantung siapa yang merumuskan kebenarannya.
Maka, hanya Allah-lah yang memiliki kewenangan menentukan kebenaran bagi manusia. Kebenaran dari Allah, tertuang dalam firman-Nya, dan melalui lisan rasul-Nya. Firman Allah dan sabda rasul-Nya, menjadi pegangan sekaligus ukuran kebenaran yang harus dipegang manusia.
Berbicara mengenai BAIK dan BENAR, dari sudut pandang yang mungkin berbeda, bisa sahabat baca di artikel berikut ini. Lengkapnya bisa di baca DI SINI.
Yang benar belum tentu baik, yang baik juga belum tentu benar. Yang baik dan benar, belum tentu bagus dihantarkan. Begitulah kita melihat dunia ini bekerja
Ada mereka yang punya kebenaran, namun tak baik dalam membungkusnya. Ada juga yang tak benar, namun begitu baik bungkusannya. Itu juga fakta
Yang kita yakini, semua agama itu baik, namun belum tentu mengajarkan yang benar. Dalam keyakinan Muslim, yang benar itu hanya dari Allah, yang benar hanya Islam
Adapun yang bukan Muslim, bisa saja berprilaku baik dalam kehidupannya, bisa saja menebar kebaikan pada sesamanya. Hanya yang benar, lebih layak berlaku baik
Sebab mereka yang punya kebenaran dari Allah, hidupnya dibimbing kebenaran, harusnya lebih mudah untuk berlaku baik, lebih mudah berakhlak mulia
Begitulah keyakinan kita sebagai Muslim, jangankan berlaku baik, berlaku benar saja kita sudah siap. Karena kebenaran itu lebih tinggi daripada kebaikan
Namun yang dilihat manusia, seringkali bukan benar atau salah, tapi baik atau tidaknya. Sebab benar dan salah itu lebih sulit dilihat, ketimbang baik atau buruk
Orang baik, pasti akan tenang hidupnya di dunia, sebab manusia akan memuliakan orang-orang baik. Tapi di akhirat, yang selamat hanya mereka yang benar
Maka pastikan diri kita benar, yaitu sesuai dengan Allah dan Rasul-Nya, setelah itu jadikan kebaikan itu memancar dari kebenaran yang kita pegang
Tak perlu risau dengan anggapan orang lain, sebab bukan mereka yang menjadi juri. Contoh paling tepat dalam kebenaran dan kebaikan adalah perbuatan
Wallahu a'lam