Muhasabah, di Level Mana Keislaman Kita?


Kita melaksanakan sholat, iya. Menunaikan Zakat, iya. Berpuasa di bulan Ramadhan, iya juga Yang mampu, menunaikan rukun Islam ke-5, berhaji, iya juga. Apakah dengan semua itu, lantas kita berbangga diri sebagai muslim, dan yakin mendapat tiket ke surga?

Tidak, sahabatku. Kita masih belum dikatakan muslim paripurna, jika kita sibuk dengan urusan sendiri, dan abai terhadap keadaan muslim sekitar kita. Kita sibuk berbekal pahala, dan di sisi lain abai untuk mengajak saudara dan sahabat kita melakukan kebaikan yang sama.

Kita belum sampai ke level beriman yang benar, jika kita masih menganggap aturan Allah tidak cocok diterapkan untuk mengatur peri kehidupan, dalam segala hal.

Kita belum sampai ke level berislam yang sesungguhnya, jika kita menghalalkan yang Allah dan rasul-Nya haramkan, dan mengharamkan apapun yang Allah dan rasul-Nya halalkan.

Allah menerangkan, bahwa yang menjadi ciri umat Rasulullah Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam, adalah yang keras terhadap kaum kafir dan berkasih sayang terhadap sesamanya. 

29
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖU

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka...... (QS AlFath:29)

Kita belum berislam secara paripurna, jika kita menyelisihi firman Allah tersebut. Lebih berkasih sayang dengan kaum kafir, dan memusuhi sesama muslim.  

Mungkin di antara Kita ada yang tidak suka dengan berkembangnya kesadaran berislam, dan berusaha menghalanginya. Wallohi, sahabatku, jika perilaku kita seperti itu, bukan saja kadar keislaman yang perlu dipertanyakan, namun  dimanakah posisi kita di antara MUNAFIK dan KAFIR. Na'udzu billah.

Sahabatku,
Ujung kehidupan ini hanya dua: SURGA atau NERAKA. Demi mendapat 1 tiket di surga, para sahabat berdakwah 23 tahun dan berjihad 79 kali dengan Nabi.

Ada yang infaq 450 Milyar,  membebaskan 30.000 budak,  tapi merasa belum cukup. Tiap munajat kepada Rabbnya dia menangis, takut dosa yang tak terampuni, khawatir akan amal yang tidak diterima.

Ada yang disiksa dengan siksaan teramat biadab karena mempertahankan aqidah. Ada yang diasingkan dari manusia, tersebab keteguhan memelihara keimanan.

Bagaimana dengan kita?
Yang berharap surga, namun amalan yang dikerjakan jauh dari pedoman Yang Maha Kuasa

Bagaimana dengan kita?
Yang hidup penuh canda tawa, susah menangis, dan tak bersungguh hati dalam menggali dan mengamalkan syariat Ilahi, namun dengan pede-nya merasa paling layak beroleh surga. 

Sahabatku,
Aku, engkau, dan kita semua, berikhtiar sesuai dengan yang kita bisa, melaksanakan apa-apa yang Allah titah, dan mengenyahkan segala yang dilarang-Nya.

Berusaha semaksimal mungkin dalam menyemai ketaatan, dan kepada Allah jua segala harap terungkap, semoga tiket ke surga kita dapatkan.

Ya Rabb.. 
Laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadhdholimim.....
Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih