Siapa yang Pantas disebut GURU IDEAL?
Siapa yang Pantas disebut GURU IDEAL? Berbicara mengenai guru selalu menarik, karena ia adalah ujung tombak pendidikan. Artinya, jika guru sukses maka kemungkinan besar peserta didik akan sukses. Guru adalah figure inspiratory dan motivator murid dalam mengukir masa depannya.
Jika guru mampu menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi peserta didiknya, maka hal itu akan menjadi kekuatan peserta didik dalam mengejar cita-cita besarnya di masa depan. Ingat kisah sukses Imam Syafi’i? Kesuksesan belaiu tidak bisa dilepaskan dari peran guru-gurunya, khususnya Imam Malik. Begitu juga dengan kisah sukses KH Moh. Hasyim Asy’ari yang tidak lepas dari peran guru-gurunya, khususnya Syekh Kholil, Bangkalan, Madura.
Peran guru sangat vital bagi pembentukan kepribadian, cita-cita, dan visi misi yang menjadi impian hidup anak didiknya di masa depan. Di balik kesuksesan peserta didik, selalu ada guru yang memberikan inspirasi dan motivasi besar pada dirinya. Di sinilah urgensi melahirkan guru-guru berkualitas, guru-guru yang ideal dan inovatif yang mampu membangkitkan semangat besar dalam diri anak didik untuk menjadi actor perubahan dunia di era global ini.
Sebelum membahas kriteria guru berkualitas, baiknya kita amati pendapat para ahli pendidikan dalam mendefinisikan kata “ Guru”.
Husnul Chotimah (2008) :
Guru dalam pengertian sederhana adalah orang yang memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik. Sementara, masyarakat memandang guru sebagai orang yang melaksanakan pendidikan di sekolah, masjid, mushalla, atau tempat lainnya.
Semua sepakat dan sependapat bila guru memegang peranan amat penting dalam mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan.
Menurutnya, ada beberapa kriteria guru ideal yang seharusnya dimiliki oleh pribadi guru di abad ini, antara lain :
1) Dapat membagi waktu dengan baik; antara tugas mendidik, di keluarga, dan di masyarakat
2) Rajin membaca;
3) Banyak menulis;
4) Gemar melakukan penelitian
Prof. Herawati Susilo MSc, Ph.D ( Pakar pendidikan Universitas Malang ):
Menurutnya ada 6 kriteria guru masa depan (ideal), yaitu :
1) Belajar sepanjang hayat
2) Literate sains dan teknologi
3) Menguasai bahasa Inggris dengan baik
4) Terampil melaksanakan penelitian tidndakan kelas (PTK)
5) Rajin menghasilkan karya tulis ilmiah
6) Dan mampu mendidik peserta didik berdasarkan filosofii konstruktivisme dengan pendekatan kontekstual
Wijaya Kusumah (2009):
Guru ideal adalah guru yang mampu menjadi panutan dan selalu memberikan keteladanan. Ilmunya seperti mata air yang tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang meminumnya.
Kehadirannya dirindukan oleh peserta didiknya. Wajahnya selalu ceria, senang, dan selalu menerapkan 5S (salam, sapa, sopan, senyum, dan sabar) dalam kesehariannya.
Guru yang rajin membaca, otaknya ibarat mesin pencari “Google” di internet. Bila ada peserta didiknya yang bertanya, memori otaknya langsung bekerja mencari dan menjawab pertanyaan dengan cepat dan benar. Wawasan guru yang rajin membaca akan terlihat dari cara bicara dan menyampaikan pelajaran.
Guru yang ideal adalah guru yang rajin menulis juga. Bila guru malas membaca, hamper dipastikan ia akan malas juga menulis. Menulis dan membaca adalah dua sisi logam yang tidak bisa dipisahkan.
Dari aktivitas membaca itulah guru akan mampu membuat kesimpulan dari bacaannya, kemudian kesimpulan itu ia tuliskan kembali dengan gaya bahasanya sendiri.
Guru yang kreatif adalah guru yang selalu bertanya dirinya sendiri, apakah dia sudah menjadi guru yang baik? Apakah dia sudah mendidik dengan benar? Apakah anak didiknya mengerti pelajaran yang ia sampaikan? Dia selalu melakukan introspeksi dan memperbaiki diri.
a) Kecerdasan intelektual
b) Kecerdasan moral
c) Kecerdasan social
d) Kecerdasan emosional
e) Kecerdasan motoric
Kecerdasan intelektual harus diimbangi dengan kecerasan moral, mengapa? Sebab, kecerdasan kecerdasan intelektual yang tidak diimbangi kecerdasan moral akan menghasilkan peserta didik yang hanya mementingkan keberhasilan disbanding proses. Segala cara dianggap halal yang penting target tercapai. Inilah yang terjadi pada masyarakat kita, sehingga kasus korupsi merajalela di kalangan orang terdidik.
Selain itu, kecerasan social juga harus dimiliki guru ideal agar tidak egois. Dia harus bisa bekerja sama dengan karakter orang lain yang berbeda-beda. Kecerdasan emosional juga harus ditumbuhkan agar guru tidak gampang marah, tersinggung, dan mudah melecehkan orang lain.
Demikianlah paparan sederhana mengenai kriteria guru ideal dan siapa yang pantas menyandang status guru ideal. Semoga, bagi pendidik, ini menjadi semacam trigger, pendobrak sikap mental kita untuk senantiasa mengupayakan menjadi guru yang ideal.
Referensi :
Tips Menjadi Guru Inspiratif, kreatif, dan inovatif, karya Jamal Ma’mur Asmani
Jika guru mampu menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi peserta didiknya, maka hal itu akan menjadi kekuatan peserta didik dalam mengejar cita-cita besarnya di masa depan. Ingat kisah sukses Imam Syafi’i? Kesuksesan belaiu tidak bisa dilepaskan dari peran guru-gurunya, khususnya Imam Malik. Begitu juga dengan kisah sukses KH Moh. Hasyim Asy’ari yang tidak lepas dari peran guru-gurunya, khususnya Syekh Kholil, Bangkalan, Madura.
Peran guru sangat vital bagi pembentukan kepribadian, cita-cita, dan visi misi yang menjadi impian hidup anak didiknya di masa depan. Di balik kesuksesan peserta didik, selalu ada guru yang memberikan inspirasi dan motivasi besar pada dirinya. Di sinilah urgensi melahirkan guru-guru berkualitas, guru-guru yang ideal dan inovatif yang mampu membangkitkan semangat besar dalam diri anak didik untuk menjadi actor perubahan dunia di era global ini.
Lantas, siapa yang pantas disebut guru yang berkualitas ini?
Sebelum membahas kriteria guru berkualitas, baiknya kita amati pendapat para ahli pendidikan dalam mendefinisikan kata “ Guru”.
Husnul Chotimah (2008) :
Guru dalam pengertian sederhana adalah orang yang memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik. Sementara, masyarakat memandang guru sebagai orang yang melaksanakan pendidikan di sekolah, masjid, mushalla, atau tempat lainnya.
Semua sepakat dan sependapat bila guru memegang peranan amat penting dalam mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan.
Menurutnya, ada beberapa kriteria guru ideal yang seharusnya dimiliki oleh pribadi guru di abad ini, antara lain :
1) Dapat membagi waktu dengan baik; antara tugas mendidik, di keluarga, dan di masyarakat
2) Rajin membaca;
3) Banyak menulis;
4) Gemar melakukan penelitian
Prof. Herawati Susilo MSc, Ph.D ( Pakar pendidikan Universitas Malang ):
Menurutnya ada 6 kriteria guru masa depan (ideal), yaitu :
1) Belajar sepanjang hayat
2) Literate sains dan teknologi
3) Menguasai bahasa Inggris dengan baik
4) Terampil melaksanakan penelitian tidndakan kelas (PTK)
5) Rajin menghasilkan karya tulis ilmiah
6) Dan mampu mendidik peserta didik berdasarkan filosofii konstruktivisme dengan pendekatan kontekstual
Wijaya Kusumah (2009):
Guru ideal adalah guru yang mampu menjadi panutan dan selalu memberikan keteladanan. Ilmunya seperti mata air yang tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang meminumnya.
Jadi, Guru ideal itu seperti apa?
Dari beberapa pendapat ahli dan praktisi pendidikan di atas, dapat dijelaskan bahwa GURU IDEAL adalah yang memiliki karakter-karakter berikut :Pertama, guru ideal adalah guru yang memahami benar profesinya.
Profesi guru adalah profesi yang mulia. Dia adalah sosok yang selalu memberi dengan tulus dan tak mengharapkan imbalan apapun, kecuali ridha Allah SWT. Falsafah hidupnya adalah tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah. Hanyan memberi tak harap kembali.Kehadirannya dirindukan oleh peserta didiknya. Wajahnya selalu ceria, senang, dan selalu menerapkan 5S (salam, sapa, sopan, senyum, dan sabar) dalam kesehariannya.
Kedua, guru ideal adalah guru yang rajin membaca dan menulis.
Pengalaman mengatakan, , barang siapa yang rajin membaca, maka ia akan kaya dengan ilmu, begitupun sebaliknya. Bila malas membaca, kemiskinan akan ilmu akan terasa.Guru yang rajin membaca, otaknya ibarat mesin pencari “Google” di internet. Bila ada peserta didiknya yang bertanya, memori otaknya langsung bekerja mencari dan menjawab pertanyaan dengan cepat dan benar. Wawasan guru yang rajin membaca akan terlihat dari cara bicara dan menyampaikan pelajaran.
Guru yang ideal adalah guru yang rajin menulis juga. Bila guru malas membaca, hamper dipastikan ia akan malas juga menulis. Menulis dan membaca adalah dua sisi logam yang tidak bisa dipisahkan.
Dari aktivitas membaca itulah guru akan mampu membuat kesimpulan dari bacaannya, kemudian kesimpulan itu ia tuliskan kembali dengan gaya bahasanya sendiri.
Ketiga, guru yang ideal adalah guru yang sensitive terhadap waktu.
Orang Barat mengatakan bahwa waktu adalah uang, time is money. Bagi guru, waktu lebih dari uang dan bahkan bagaikan sebilah pedang tajam yang dapat membunuh siapa saja, termasuk pemiliknya. Guru yang kurang memanfaatkan waktunya dengan baik, tidak akan menorehkan banyak prestasi dalam hidupnya. Dia akan terbunuh oleh waktu yang dia sia-siakan.Keempat, guru yang ideal adalah guru yang kreatif dan inovatif.
Merasa sudah berpengalaman, membuat guru menjadi kurang kreatif. Dia akan merasa sudah cukup. Tidak ada upaya untuk menciptakan sesuatu yang baru dari pembelajarannya. Dari tahun ke tahun gaya mengajarnya itu-itu saja. RPP yang dibuatnya pun tahun ke tahun sama, sekedar copy paste.Guru yang kreatif adalah guru yang selalu bertanya dirinya sendiri, apakah dia sudah menjadi guru yang baik? Apakah dia sudah mendidik dengan benar? Apakah anak didiknya mengerti pelajaran yang ia sampaikan? Dia selalu melakukan introspeksi dan memperbaiki diri.
Kelima, guru yang ideal adalah guru yang memiliki lima kecerdasan.
Kelima kecerdasan itu adalah :a) Kecerdasan intelektual
b) Kecerdasan moral
c) Kecerdasan social
d) Kecerdasan emosional
e) Kecerdasan motoric
Kecerdasan intelektual harus diimbangi dengan kecerasan moral, mengapa? Sebab, kecerdasan kecerdasan intelektual yang tidak diimbangi kecerdasan moral akan menghasilkan peserta didik yang hanya mementingkan keberhasilan disbanding proses. Segala cara dianggap halal yang penting target tercapai. Inilah yang terjadi pada masyarakat kita, sehingga kasus korupsi merajalela di kalangan orang terdidik.
Selain itu, kecerasan social juga harus dimiliki guru ideal agar tidak egois. Dia harus bisa bekerja sama dengan karakter orang lain yang berbeda-beda. Kecerdasan emosional juga harus ditumbuhkan agar guru tidak gampang marah, tersinggung, dan mudah melecehkan orang lain.
Demikianlah paparan sederhana mengenai kriteria guru ideal dan siapa yang pantas menyandang status guru ideal. Semoga, bagi pendidik, ini menjadi semacam trigger, pendobrak sikap mental kita untuk senantiasa mengupayakan menjadi guru yang ideal.
Referensi :
Tips Menjadi Guru Inspiratif, kreatif, dan inovatif, karya Jamal Ma’mur Asmani