Berebut Kue Anggaran, Semoga hanya Khayalan


Siapa sih yang tidak butuh dengan penghasilan tambahan? Saya yakin siapapun yang sudah memiliki penghasilan memadai, tetap saja memerlukan tambahan-tambahan penghasilan. Atau ekstrem-nya, siapapun yang masih bernyawa, tentu butuh tambahan penghasilan.

Masalahnya adalah, dengan cara apa penghasilan tambahan itu diperoleh. Apakah dengan cara yang patut dan sesuai koridor agama, ataukah bukan hanya ketentuan aturan buatan manusia yang dilanggar, tetapi juga aturan Yang Maha Kuasa.

Misal di suatu instansi , setiap periode tertentu mendapatkan kucuran dana dari pemerintah, yaitu Bantuan Operasional (sebut saja BO). Dana ini, sesuai namanya dialokasikan untuk pembiayaan seluruh operasional di instansi tersebut.

Aturan pun dibuat untuk memagari penerapannya. Ada pos-pos yang bisa dibiayai, dan ada juga yang tidak bisa ditutup dengan dana tersebut. Ada juga yang "harus" dibiayai, namun "haram" dicantumkan dalam laporan pertanggungjawaban.

Mengenai pos-pos yang bisa di-cover oleh dana BO pun mesti bijak dalam penggunaannya. Selain harus sesuai alokasi, juga harus mempertimbangkan beberapa hal, di antaranya:

1). Asas keadilan

Dalam artian, semua aktivitas sekolah yang termasuk "mustahik", yang ter-cover dana BO, dibiayai sesuai  proporsi yang adil. Tidak ada aktivitas yang bermanfaat, yang tidak terlaksana gegara dana habis oleh pos lain.

2). Asas kejujuran

Berlaku untuk pengaju anggaran maupun yang meng-ACC ajuan tersebut. Kejujuran di sini misal, untuk suatu pos, secara real (senyatanya) memerlukan dana X rupiah. Namun dalam pengajuan anggaran, ditulis XX rupiah, yang berarti ada penggelembungan anggaran dua kali lipat.

Seumpama, penggelembungan (mark up) tersebut dilakukan untuk menutupi pos lain yang "wajib" dibayar, namun "haram" dimasukkan ke laporan.

Walau ini lumrah (mungkin), tapi tetap saja hati nurani terdalam kita akan mengatakan, "gak boleh, haram".

Mengenai  akibat jujur dan dusta, Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,

عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه عن النبي صلعم قال : ان الصدق يهدى الى البر وان البر يهدى الى الجنة وان الرجل ليصدق حتى يكتب عند الله صديقا ان الكذب يهدى الى الفجور وان الفجور يهدى الى النار وان الرجل ليكذب حتى يكتب عند الله كذابا { متفق عليه }

Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi SAW, Beliau bersabda; sesungguhnya kejujuran itu membawa pada kebaikan dan kebaikan itu membawa (pelakunya) ke surga dan orang yang membiasakan dirinya berkata benar(jujur) sehingga ia tercatat disisi Alloh sebagai orang yang benar, 

sesungguhnya dusta itu membawa pada keburukan(kemaksiatan) dan keburukan itu membawa ke neraka dan orang yang membiasakan dirinya berdusta sehingga ia tercatat disisi Alloh sebagai pendusta. (HR. Bukhari Muslim).

Dengan dua asas saja (asas keadilan dan asas kejujuran), anggaran akan senantiasa sesuai peruntukkannya, dan menutup celah untuk bancakan anggaran.

Dengan satu dalil saja, orang yang memiliki hati, yang memiliki visi akhirat, akan terjaga hasratnya dari berbuat curang. Dengan satu nasehat agama saja, orang yang tidak ingin rugi dunia akhirat, akan kembali ke jalan lurus, jika ia pernah tergelincir ke lobang dosa.

Sungguh tak elok rupanya, mencari penghasilan tambahan dengan cara yang tidak elegan. Selain akan merugikan diri sendiri, juga menghambat terpenuhinya hak orang lain.

Berebut Kue Anggaran, semoga saja Hanya terjadi di Negeri Khayalan, negeri antah berantah.

Afwan, ini sebagai koreksi bagi diri. Bukan menasehati orang lain. Jika memang terjadi demikian, mudah-mudahan tulisan ini mengingatkan.
Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih