Mereka yang jatuh cinta selalu menemukan cara untuk bisa mengutarakan rasa


Ah, kembali tentang cinta. Sebuah kata yang tak habis merangkai makna, menggairahkan rasa. Mereka yang jatuh cinta selalu menemukan cara untuk bisa mengutarakan rasa. 

Lisan hanyalah proyeksi dari pemikiran dan hati. Maka apa yang tampak dari lisan, seperti itulah kiranya isi pikir dan hati. Mungkin bisa direkayasa, tapi tak selamanya

Maka kita bisa tahu apa gambaran akal dan hati para penyair yang menggubah kisah Rasulullah dengan rangkaian bahasa yang penuh makna, seberapa cinta di dalamnya.

Bagaimana dengan yang benci? 

Begitu pula dengan mereka yang lisannya penuh cela, penuh kata kasar, penuh hinaan, memaki dan merendahkan orang, maka pikiran dan hatinya pun sudah bisa ditera.

Yang perlu kita tahu, bahwa apa yang dilisankan, atau di masa sosial media saat ini, yang dituliskan, itu tak bisa menyamai apa yang tersimpan dalam pikir dan hatinya

Berkaitan itu Allah tegaskan, 

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِّنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَآءُ مِنْ أَفْوٰهِهِمْ وَمَا تُخْفِى صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ  ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْأَايٰتِ  ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. 

Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 118)

Seperti seorang penyair takkan bisa mewakili perasaan dalam akal dan hati dengan kata-katanya, begitu juga para pembenci takkan puas dengan caci maki dan cela mereka.

Itulah mengapa, mereka yang memikirkan dan merasakan sesuatu secara terus-menerus, takkan bisa menahan itu selamanya. Tanya saja pada yang jatuh cinta.

Mereka yang jatuh cinta selalu menemukan cara untuk bisa mengutarakan rasa. Bahkan tanpa suara, seperti cinta dalam diam, yang dihela dalam sujud dan doa

Ia akan ungkapkan pikir dan rasa dalam cara yang paling indah, kata-kata yang paling tepat, kalimat yang paling pas, serta kesempatan yang paling sempurna

Sampai pada kita, bagaimana cinta Imam Malik pada Nabi, membuatnya mandi, bersiwak, memakai baju indah dan parfum terbaik, bersurban, tiap hendak membaca haditsnya.

Tak hanya itu, Imam Malik akan naik ke mimbar, mewangikan ruangan dengan bukhur, menunggu hadirin tenang dan khusyu, baru membacakan sabda Nabi yang mulia.

Bagaimana dengan kita, terkadang lisan mengungkap harap, mendapat limpahan syafaat dari Nabi, akan tetapi tekad dan amaliah jauh dari uswah.

Sekarang kita pahami, mengapa kita mungkin sering tak sopan, atau berkata yang tak sepantasnya tentang Nabi, mungkin pikir dan rasa kita yang perlu diperiksa.

#Nabi #Muhammad #Rasulullah #isra'mi'raj 

Gambar: Mesjid Agung Bandung Barat 
Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih