Ketika Rasulullah disihir Seorang Yahudi

Dosa dari sihir tidak terkira. Dengan sihir, suami istri bisa bercerai. Dengan sihir, yang suka bisa jadi benci, ataupun sebaliknya. Dengan sihir juga bisa menjadikan seseorang berubah kecenderungan dan perilaku. Tentu semua atas izin Allah.

Sihir ini bisa mengenai siapapun, termasuk Rasulullah  SAW. Rasulullah Muhammad صلى الله عليه وسلم di dalam hidup beliau pernah terkena sihir yang dilakukan oleh seorang Yahudi. Hal ini telah dikisahkan oleh Aisyah radhiallahu ‘anha sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari di dalam kitab Shahihnya nomor 3268, 5763, 5766, dan 6391; dan Imam Muslim di dalam kitab Shahihnya nomor 2189. 

Berikut ini kisahnya yang kami tampilkan dengan sedikit perubahan gaya penyampaian yang tidak sampai merubah makna hadits yang sebenarnya, seperti yang dipaparkan oleh Dakwah Quran Sunnah.

Aisyah berkata: “Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah disihir oleh seorang lelaki Yahudi dari suku Bani Zuraiq yang bernama Labid ibnul A’sham. Dikhayalkan kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم seolah-olah beliau melakukan suatu perbuatan padahal kenyataannya beliau tidak pernah melakukannya.”

Aisyah melanjutkan: “Sampai pada suatu hari atau suatu malam ketika beliau bersama diriku, Rasulullah tidak henti-hentinya berdoa. Kemudian beliau berkata: “Wahai Aisyah, tahukah engkau bahwasanya Allah telah mengabulkan permohonanku (untuk disembuhkan)? Ada dua orang lelaki yang mendatangiku (di dalam mimpi). Salah satunya duduk di dekat kepalaku dan salah satunya lagi duduk di dekat kakiku.

Salah seorang dari mereka bertanya kepada temannya: “Apa penyakit orang ini (Nabi)?”

Temannya menjawab: “Dia terkena sihir.”

Dia bertanya lagi: “Siapa yang menyihirnya?”

Temannya menjawab: “Labid ibnul A’sham.”

Dia bertanya lagi: “Disihir melalui benda apa?”

Temannya menjawab: “Pada rambut yang rontok dan seludang mayang kurma jantan.”

Dia bertanya lagi: “Di mana benda-benda ini disembunyikan?”

Temannya menjawab: “Disembunyikan di sumur Dzarwan.”

Kemudian Rasulullah صلى الله عليه وسلم pergi mendatangi sumur itu bersama dengan beberapa orang sahabat beliau. Beliau melihat sumur tersebut dan di dekatnya ada sebatang pohon kurma yang tumbuh.

Kemudian beliau kembali ke rumah dan berkata kepada Aisyah: “Wahai Aisyah, air sumur itu warnanya seperti air rendaman daun inai pacar (coklat kemerahan) dan puncak pohon kurmanya seperti kepala syaithan!”

Saya bertanya: “Wahai Rasulullah, tidakkah anda mengeluarkan benda (yang tersihir) itu dari dalam sumur?”

Rasul menjawab: “Adapun diriku, maka Allah telah menyembuhkanku, dan aku tidak ingin menimbulkan gejolak keributan yang padanya terdapat kejelekan terhadap orang-orang.”

Aisyah berkata: “Kemudian Rasulullah memerintahkan supaya sumur tersebut ditimbun.”

---------------------------------------

PERHATIAN:

Meskipun benar adanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah terkena sihir, akan tetapi jangan dianggap bahwa sihir tersebut berpengaruh terhadap kebenaran wahyu atau syariat yang beliau sampaikan kepada umat. Berikut ini akan kami sampaikan perkataan Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah tentang hal ini sebagaimana yang tersebut di dalam kitab Majmu’u Fatawa war Rasail (6/20/257).

Beliau ditanya:

Benarkah Nabi صلى الله عليه وسلم pernah terkena sihir?

Beliau menjawab:

Benar, telah tetap di di dalam dua kitab Shahih dan yang selain keduanya bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم terkena sihir, akan tetapi (kejadian ini) tidak sampai mempengaruhi beliau dari sisi penyampaian syariat atau wahyu. Adapun yang paling parah terjadi di sana hanyalah sampai pada tingkat dikhayalkan kepada beliau bahwa beliau melakukan sesuatu padahal beliau tidak pernah melakukannya.

Sihir yang terjadi ini adalah berasal dari seorang Yahudi yang bernama Labid ibnul A’sham yang ditujukan kepada beliau (Nabi), akan tetapi Allah ta’ala menyelamatkan beliau sampai datang kepada beliau wahyu tentang itu dan berlindung (kepada Allah) dengan membaca Al Mu’awwidzatan (surat Al Falaq dan surat An Naas), semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada beliau. Sihir ini tidak sampai mempengaruhi kedudukan kenabian karena ia tidak sampai mempengaruhi tindak tanduk Nabi صلى الله عليه وسلم yang berkaitan dengan wahyu dan ibadah.

Demikian perkataan Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah.

وبالله التوفيق
Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih