Materi PAI Kelas 8: Lebih Dekat Kepada Allah dengan Mengamalkan Shalat Sunnah

Marilah kita mengaca pada diri kita sendiri, sudahkah kita melaksanakan śalat wajib dengan benar dan sempurna? Apakah kita juga sudah mendirikan śalat fardu dan tidak pernah meninggalkannya? Marilah kita introspeksi diri kita sendiri, bahwa śalat yang kita kerjakan sudah betul atau belum, sudah khusyuk atau belum. 

Rasanya di dunia ini yang śalatnya sudah benar-benar khusyuk dan tuma’ninah adalah śalatnya Nabi Muhammad saja. Mampukah kita meniru śalat beliau? Bagaimana kalau ternyata di hadapan Allah śalat kita itu belum dianggap sempurna? Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk menutupi kekurangan dalam śalat kita. Maksudnya, kita disuruh menyempurnakan kekurangankekurangan śalat dengan melaksanakan śalat sunnah sebagaimana yang Rasulullah ajarkan kepada kita. 

Dengan melaksanakan śalat sunnah tersebut kita dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah serta menyempurnakan ibadah kita. Pelaksanaan śalat sunnah merupakan cerminan tingkat ketakwaan dan ketawakalan seorang hamba kepada Allah Swt. Dalam melaksanakan śalat sunnah kita semata-mata mengharapkan rida dari Allah Swt. Śalat ini menuntut kesungguhan dan tekat yang kuat karena kita harus merelakan waktu, tenaga, dan harta demi terlaksananya Śalat tersebut. 

Jadi, sudah jelas bahwa śalat sunnah itu dilaksanakan semata-mata mengharapkan kedekatan dan rida dari Allah yang akan dijadikan bekal pada masa yang akan datang.Apalagi, kitamenghayatibahwa denganmelaksanakan śalat bukan sekadar melaksanakan kewajiban. Allah tidak membutuhkan ibadah kita tetapi kitalah yang membutuhkannya. Kita berharap agar Allah menerima ibadah kita sehingga kita akan mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat.

Śalat sunnah adalah śalat yang dianjurkan untuk mengerjakannya. Orang yang melaksanakan śalat sunnah mendapatkan pahala dan keutamaan dari Allah Swt. Namun, jika seseorang tidak melaksanakan śalat sunnah, dia tidak berdosa. Dalam hal melaksanakan śalat Sunnah, Rasulullah memberi teladan yang penuh dengan kemuliaan. Beliau selalu mengerjakannya, seperti śalatśalat rawatib, śalat dhuha, witir, dan sebagainya. 

Di antara sekian banyak śalat sunnah, ada yang ditekankan untuk dikerjakan dengan berjamaah, ada yang dikerjakan secara munfarīd (sendirian), dan ada yang bisa dikerjakan secara berjamaah atau munfarīd.

1. Śalat Sunnah Berjamaah

Pernahkah kalian melaksanakan śalat sunnah secara berjama’ah? Tentunya kalian sering melaksanakannya. Misalnya pada saat melaksanakan śalat hari raya Idul Fitri maupun hari raya Idul Adha (śalat idain). Kalian tentu tidak pernah melaksanakan śalat Idul Fitri atau Idul Adha secara munfarīd (sendirian). Kedua śalat ini pasti dilaksanakan secara berjamaah. 

Secara lebih rinci śalat-śalat sunnah yang dilaksanakan secara berjama’ah sebagai berikut : 

a. Śalat Idul Fitri 
b. Śalat Idul Adha 
c. Śalat Kusūf (gerhana matahari) 
d. Śalat Khusūf (gerhana bulan) 
e. Śalat Istisqā (meminta hujan) 

a. Śalat Idul Fitri 
Śalat Idul Fitri adalah śalat sunnah dua rakaat yang dilaksanakan pada hari raya Idul Fitri pada setiap tanggal 1 Syawal setelah melaksanakan puasa Ramadan satu bulan lamanya. Hukum melaksanakan śalat sunnah ini adalah sunnah mu’akkad (sangat dianjurkan). “Id” artinya kembali yaitu dengan hari raya Idul Fitri ini kita kembali dihalalkan berbuka seperti makan dan minum di siang hari yang sebelumnya selama bulan Ramadan hal itu dilarang. Waktu untuk melaksanakan śalat Idul Fitri itu adalah sesudah terbit matahari sampai tergelincirnya matahari pada tanggal 1 Syawal tersebut.

Selanjutnya mereka mengikuti śalat Idul Fitri dengan khusyu bersama dengan para jamaah, dengan tata cara sebagai berikut :

1) Imam memimpin pelaksanaan śalat Idul Fitri diawali dengan niat yang ikhlas di dalam hati. Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah :

2) Pada rakaat pertama sesudah membaca do’a iftitah bertakbir sambil mengangkat tangan sebanyak tujuh kali. Di sela-sela takbir satu dan lainnya disunnahkan membaca: Subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha ilallah wallahu akbar.

Artinya : “Maha suci Allah, dan segala puji bagi Allah, tida Tuhan melainkan Allah, Allah Mahabesar

3) Setelah takbir tujuh kali dan membaca tasbih tersebut dilanjutkan membaca surah al-Fātihāh dan membaca salah satu surah dalam alQur`ān. Namun, diutamakan surah Qāf atau surah al-A’lā. 

4) Pada rakaat kedua, setelah takbir berdiri kemudian membaca takbir lima kali sambil mengangkat tangan dan di antara setiap takbir disunnahkan membaca tasbih. Setelah itu membaca surah al-Fātihāh dan surah-surah pilihan. Surah yang dibaca diutamakan surah al-Qamar atau surah al-Gāsyiyah. 

5) Śalat Idul Fitri ditutup dengan salam. Setelah itu khatib mengumandangkan khutbah dua kali. Khutbah yang pertama dibuka dengan takbir sembilan kali dan khutbah yang kedua dibuka dengan takbir tujuh kali. Ada pula yang melaksanakan khutbah hanya satu kali. 

Setelah śalat Idul Fitri para jama’ah dianjurkan untuk bersalamsalaman untuk saling memaafkan lahir dan batin. Setelah selesai śalat, kita pulang ke rumah dengan menempuh jalan yang berbeda dengan pada saat berangkat. Di sepanjang jalan kita disunnahkan untuk saling bersilaturrahmi dan bersedekah, saling memberikan maaf kepada sesama keluarga, famili, tetangga, dan saudara sesama muslim. Khusus hari raya Idul Fitri kita diSunnahkan mengucapkan selamat kepada sesama saudara sesama muslim ketika bertemu. 

b. Śalat Idul Adha 
Śalat Idul Adha adalah śalat yang dilaksanakan pada hari raya Qurban atau hari raya Idul Adha. Śalat ini dilaksanakan pada pagi hari tanggal 10 Zulhijjah bertepatan dengan pelaksanaan rangkaian ibadah haji di tanah suci. Dengan demikian orang yang sedang melaksanakan ibadah haji tidak disunnahkan melaksanakan śalat Idul Adha. 

Bagi orang yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji, hukum melaksanakan śalat Idul Adha adalah sunnah muakkad (sangat dianjurkan). Hampir semua ketentuan dan tata cara śalat Idul Adha sama dengan śalat Idul Fitri. Baik menyangkut waktu pelaksanaannya, hukumnya, dan tata caranya. Adapun perbedaannya hanya pada niatnya. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati. Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah : Artinya : “Saya berniat śalat sunnah idul adha dua rakaat karena Allah ta’ala.

c. Śalat Kusūf (Gerhana Matahari) 
Śalat Sunnah kusūf (kusūfus syamsi) adalah śalat sunnah yang dilaksanakan ketika terjadi gerhana matahari. Hukum melaksanakan śalat ini adalah sunnah muakkad. Waktupelaksanaan śalat kusūf adalah mulai terjadinya gerhana matahari sampai matahari kembali tampak utuh seperti semula. 

Ketika gerhana sudah mulai terjadi, jama’ah berkumpul di masjid. Salah satu dari jamaah tersebut menjadi muazin untuk menyerukan panggilan śalat. Śalat gerhana ini dilaksanakan dengan berjamaah dan dipimpin oleh seorang imam. Hal yang membedakan śalat kusūf dibanding śalat pada umumnya adalah dalam śalat kusūf setiap rakaat terdapat dua kali membaca surah al-Fatihah dan dua kali rukuk. Sehingga dalam dua rakaat Śalat kusūf terdapat empat kali membaca surah al-Fatihah, empat kali rukuk, dan empat kali sujud. 

Adapun tata cara pelaksanaan śalat gerhana matahari secara rinci sebagai berikut :

1. Berniat untuk śalat kusūf (śalat gerhana matahari).

2. Setelah takbiratul ihram dan selesai membaca doa iftitah dilanjutkan membaca surah al-Fatihah dilanjutkan dengan membaca surah-surah yang panjang. 

3. Rukuk yang lama dan panjang dengan membaca tasbih sebanyakbanyaknya. 

4. Iktidal dengan mengucapkan ”Sami’allahu liman hamidah” tangan kembali bersedekap di dada. 

5. Membaca surah al-Fātihah dilanjutkan dengan membaca surah al Qur’ān yang lain. 

6. Kembali melakukan rukuk yang panjang dengan membaca tasbih yang sebanyak-banyaknya.

7. Iktidal dengan mengucapkan ”Sami’allahu liman hamidah” 

8. Sujud seperti biasa tetapi sujudnya agak dipanjangkan dibanding dengan śalat pada umumnya. 
9. Duduk di antara dua sujud seperti biasa. 
10. Sujud yang kedua agak dipanjangkan. 
11. Bangkit menuju rakaat yang kedua, kemudian melaksanakan rakaat yang kedua sebagaimana rakaat yang pertama dilaksanakan. 
12. Pada sujud yang terakhir rakaat yang kedua dianjurkan untuk memperbanyak istigfar dan tasbih untuk memohon ampunan kepada Allah Swt. 
13. Setelah selesai śalat, imam atau khatib berdiri menyampaikan khutbah dengan pesan yang intinya gerhana adalah salah satu kejadian yang menunjukkan kekuasaan Allah Swt. Meskipun merupakan sumber energi yang utama, matahari juga makhluk Allah yang memiliki kekurangan dan kelemahan. 

d. Śalat Khusūf (Gerhana Bulan) 
Śalat sunnah khusuf (khusūful qamari) adalah śalat sunnah yang dilaksanakan ketika terjadi peristiwa gerhana bulan. Hukum melaksanakan śalat ini adalah sunnah muakkad. Sedangkan waktu śalat gerhana bulan mulai terjadinya gerhana bulan sampai bulan tampak utuh kembali. Adapun tata cara peksanaannya hampir sama dengan pelaksanaan śalat gerhana matahari; yang membedakan adalah bunyi niatnya. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati.

e. Śalat Istisqā (Memohon Hujan) 
Śalat sunnah istisqā adalah śalat sunnah dua rakaat yang dilaksanakan untuk memohon diturunkan hujan. Pada saat terjadi kemarau yang berkepanjangan sehingga sulit mendapatkan air, umat Islam disunnahkan melaksanakan śalat istisqā untuk mendekatkan diri kepada Allah, memohon ampun, seraya berdoa agar segera diturunkan hujan. 

Salah satu sebab terjadinya kekeringan adalah sikap manusia yang tak mau peduli dan tidak ramah pada lingkungan. Padahal air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kurangnya sumber air dan curah hujan dapat mengakibatkan masalah yang serius dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, kita harus menjaga kelestarian alam dengan rajin menanam pohon, merawatnya, dan menghemat penggunaan air. 

Pelaksanaan śalat istisqā pada saat terjadi kekeringan sangatlah tepat. Ajaran ini dapat menjadikan manusia agar melakukan introspeksi diri. Sebelum dilaksanakannya śalat istisqā diharapkan untuk berpuasa selama empat hari berturut-turut. Selanjutnya bertaubat kepada Allah Swt. dari segala kesalahan dan dosa, serta menghentikan segala bentuk perbuatan maksiat, serakah, dan merusak lingkungan. Pada hari keempat semua anggota masyarakat muslim pergi ke tanah lapang yang akan dipakai untuk melaksanakan śalat istisqā. 

Mereka dianjurkan berpakaian sederhana serta disunnahkan membawa binatang peliharaan ke tanah lapang tersebut. Di sepanjang jalan masyarakat dianjurkan juga untuk banyak beristigfar. Sesampai ke tanah lapang sambil menunggu pelaksanaan śalat dianjurkan untuk berzikir kepada Allah Swt. 

Adapun tata cara melaksanakan Śalat istisqā sebagai berikut: 
1) Setelah semua bersiap untuk śalat, muazin tidak perlu mengumandangkan azān dan iqāmah,

2) Śalat sunnah dilaksanakan seperti śalat sunnah yang lainnya. Setelah membaca surah al-Fatihah dilanjutkan membaca surah-surah yang panjang. 

3) Setelah salam, khatib membaca dua khutbah. Pada khutbah yang pertama dimulai dengan membaca istigfar sembilan kali dan yang kedua dimulai dengan membaca istigfar tujuh kali. 

2. Śalat-śalat Sunnah Munfarīd 
Śalat sunnah munfarīd adalah Śalat yang dilaksanakan secara individu atau sendiri. Adapun śalat sunnah yang dilaksanakan secara munfarīd adalah sebagai berikut: 
a. Śalat Rawātib 
b. Śalat Tahiyyatul Masjid 
c. Śalat Istikhārah

a. Śalat Rawātib 
Rawātib berasal dari kata rat’bah, yang artinya tetap, menyertai, atau terus menerus. Dengan demikian śalat sunnah rawātib adalah śalat yang dilaksanakan menyertai atau mengiringi śalat fardu, baik sebelum maupun sesudahnya. 

Ditinjau dari segi hukumnya, śalat rawatib ini terbagi menjadi dua macam, yaitu: Śalat rawātib mu`akkadah dan śalat rawātib gairu mu`akkad. 

1) Śalat rawātib mu`akadah (śalat rawātib yang sangat dianjurkan). 
Adapun yang merupakan śalat rawātib mu`akkadah yaitu: 
• Dua rakaat sebelum śalat Zuhur 
• Dua rakaat sesudah śalat Zuhur 
• Dua rakaat sesudah śalat Magrib 
• Dua rakaat sesudah śalat Isya’ 
• Dua rakaat sebelum śalat Subuh. 

2) Śalat rawātib gairu mu`akkadah (śalat rawātib yang cukup dianjurkan untuk dikerjakan). 
Adapun yang merupakan śalat sunnah rawātib gairu mu`akkadah yaitu: 
• Dua rakaat sebelum Zuhur (selain dua rakaat yang mu`akkadah) 
• Dua rakaat sesudah Zuhur (selain dua rakaat yang mu`akkadah) 
• Empat rakaat sebelum Asar 
• Dua rakaat sebelum Magrib. 

Jika ditinjau dari segi pelaksanaannya, śalat rawātib ini terbagi menjadi dua yaitu : 
1. qabliyyah (dikerjakan sebelum śalat far«u), dan 2. ba’diyyah (dikerjakan setelah śalat far«u). 

Adapun tata cara melaksanakan śalat sunnah rawātib sebagai berikut: 
1. Niat menurut waktunya. 
2. Dikerjakan tidak didahului dengan azan dan iqamah. 
3. Śalat sunnah rawatib ini dilaksanakan secara munfarīd (sendirian). 
4. Bila lebih dari dua rakaat gunakan satu salam setiap dua rakaat. 
5. Membaca dengan suara yang tidak dinyaringkan seperti pada saat melaksanakan śalat Zuhur dan śalat Asar. 
6. Śalat dikerjakan dengan posisi berdiri. Jika tidak mampu boleh dengan duduk, atau jika masih tidak mampu boleh berbaring. 
7. Sebaiknya berpindah sedikit dari tempat śalat far«u tetapi tetap menghadap kiblat. 

Contoh tata cara melaksanakan śalat rawātib qabliyyah Zuhur : 
1. Berniat śalat rawātib qabliyyah Zuhur Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalamhati.
2. Takbirātul ihrām 
3. Śalat dua rakaat seperti tata cara Śalat pada umumnya. 
4. Salam. 

b. Śalat Tahiyyatul Masjid 
Śalat tahiyyatul masjid adalah śalat sunnah yang dilaksanakan untuk menghormati masjid. Śalat ini disunnahkan bagi setiap muslim ketika memasuki masjid. Śalat sunnah ini merupakan rangkaian adab memasuki masjid. Pada saat kita hendak masuk ke masjid, disunnahkan untuk mendahulukan kaki kanan seraya berdoa

Jika kita sudah masuk ke dalam masjid, hendaklah sebelum duduk kita mengerjakan śalat sunnah dua rakaat. Adapun tata caranya sebagai berikut : 
1) Berniat śalat tahiyyatul masjid. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati.
2) Setelah berniat dilanjutkan dengan takbiratul ihrām, membaca doa iftitāh, surah al-Fātihah, dan seterusnya sampai salam. Cukup mudah, bukan? Saatnya kalian untuk berlatih mengamalkan ibadah-ibadah sunnah. Śalat tahiyyatul masjid ini merupakan salah satu bentuk ibadah sunnah yang tidak sulit untuk dilaksanakan.

c. Śalat Istikhārah 
Śalat istikhārah adalah śalat dengan maksud untuk memohon petunjuk Allah Swt. dalam menentukan pilihan terbaik di antara dua pilihan atau lebih. Śalat istikharah sebenarnya hampir sama dengan śalat hajat. Bedanya kalau śalat istikharah tertuju pada suatu keinginan atau cita-cita yang sudah nampak adanya, tetapi masih ragu-ragu dalam menentukan pilihannya. 

Sedangkan śalat hajat tertuju pada sebuah keinginan yang belum kelihatan akhir dan tujuannya. Waktu yang terbaik dalam melaksanakan śalat istikhārah ini adalah saat mulai pertengahan malam yang akhir, sebagaimana waktu śalat tahajjud. Śalat istikhārah dikerjakan sebagaimana śalat biasa dan setelah selesai śalat dilanjutkan dengan membaca doa istikharah sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah. 

Śalat istikhārah hukumnya adalah sunnah mu`akkadah bagi orang yang sedang membutuhkan untuk menentukan pilihan. 

Adapun tata cara melaksanakan śalat istikhārah sebagai berikut : 
1) Bangun pada waktu pertengahan malam dan berwu«u. 
2) Melaksanakan śalat istikhārah dengan diawali niat. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati.
3) Pada rakaat pertama setelah membaca surah al-Fātihah kemudian membaca surah al-Kāfirun. Bacaan surah al-Kāfirun boleh lebih dari satu kali, yakni tiga, tujuh, atau sepuluh kali. 
4) Pada rakaat kedua setelah membaca surah al-Fātihah kemudian membaca surah al-Ikhlās. Bacaan surah al-Ikhlās boleh lebih dari satu kali, yakni tiga, tujuh, atau sepuluh kali. 
5) Setelah śalat dua rakaat, dilanjutkan dengan membaca doa istikhārah yang diajarkan Nabi Muhammad saw. sebagai berikut :


Artinya : “Ya Allah sesungguhnya aku memohon kebaikan dalam urusanku dengan ilmu-Mu, dan aku memohon kepastian dengan kudratMu. Aku memohon keutamaan-Mu Yang agung, Bahwasannya Engkau Maha Kuasa, sedangkan aku tidak berdaya. Engkau mengetahui segala yang gaib. Ya Allah, engkau mengetahui segala hajatku berupa......., jika itu baik bagiku dalam agama dan kehidupanku serta dampaknya di dunia dan akhirat, maka jadikanlah ia untukku, berkatilah dalam meraihnya, serta mudahkan ia untukku. Engkaupun mengetahui jika urusan ini buruk bagiku, baik dalam urusan agamaku, kehidupanku dan dampaknya di dunia dan akhirat, maka jauhkanlah dia dariku dan jauhkanlah aku darinya, kemudian tetapkanlah kebaikan untukku di mana saja aku berada. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala perkara, kemudian Engkau meridainya.”

3. Śalat Sunnah Berjamaah atau Munfarīd

Beberapa śalat sunnah berikut ini boleh dilaksanakan secara berjama’ah atau secara munfarīd. Adapun Śalat sunnah yang dimaksud adalah : 

a. Śalat Tarāwih 
Śalat tarāwih adalah śalat sunnah yang dilaksanakan pada malam bulan Ramadan. Hukum melaksanakan śalat tarāwih adalah sunnah mu’akkadah. Śalat tarāwih dilaksanakan setelah Śalat Isya’ sampai waktu fajar. Śalat tarāwih dapat dilaksanakan delapan, dua puluh, atau tiga puluh enam rakaat. Kita tinggal memilih jumlah rakaat mana yang mau dan mampu untuk dilaksanakan. Perbedaan jumlah bilangan rakaat ini tidak perlu dipermasalahkan. 

Yang terpenting adalah umat Islam dapat melaksanakan dengan khusyu. Ketika hendak melaksanakan śalat tarawih diawali dengan niat. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati

b. Śalat Witir 
Śalat witir adalah śalat yang dilaksanakan dengan bilangan ganjil (satu, tiga, lima, tujuh, sembilan, atau sebelas rakaat). Hukumnya melaksanakannya adalah sunnah mu’akkadah. Adapun waktu śalat witir adalah sesudah śalat Isya’ sampai menjelang fajar śalat Subuh. Ketika hendak melaksanakan śalat witir, maka mulailah dengan niat. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati.

c. Śalat Duhā 
Śalat sunnah duhā atau yang sering disebut dengan śalat awwābin duhā adalah śalat sunnah yang dikerjakan pada waktu matahari sudah menaik sekitar satu tombak (sekitar pukul 07.00 atau matahari setinggi sekitar tujuh hasta) hingga menjelang śalat Zuhur. Kita dapat melaksanakan śalat duhā sebanyak 2 rakaat dan paling banyak 12 rakaat. Tata cara pelaksanaannya tidaklah sulit, sama dengan cara melaksanakan śalat pada umumnya. Jika kalian hendak melaksanakan, mulailah dengan niat yang tulus di dalam hati

d. Śalat Tahajjud 
Śalat sunnah tahajjud adalah śalat sunnah mu’akkadah yang dilaksanakan pada sebagian waktu di malam hari. Śalat tahajjud adalah bagian dari qiyāmullail (Śalat malam) yang langsung diperintahkan oleh Allah Swt. melalui firmannya sebagai berikut:

 وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا (٧٩)79. 

dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.(QS Al Isra:79)

Tata cara melaksanakan śalat tahajjud tidak jauh berbeda dengan śalat sunnah yang lain, yaitu : 
1) Dilaksanakan pada waktu setelah śalat Isya sampai dengan fajar sidiq (menjelang waktu Subuh) dan setelah tidur. 
2) Jumlah rakaatnya paling sedikit dua rakat dan paling banyak tidak dibatasi.
3) Dilaksanakan sendirian (munfarīd) atau berjamaah. 
4) Lebih utama setiap dua rakaat salam. Apabila dilaksanakan empat rakaat jangan ada tasyahud awal. 

Jika kita melaksanakan śalat tahajjud, banyak manfaat atau keutamaan yang dapat kita ambil. Keutamaan-keutamaan śalat tahajjud adalah: 
• Dapat membentuk karakter/kepribadian orang saleh. 
• Sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah Swt. untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. 
• Dapat mencegah diri dari perbuatan dosa. 
• Dapat menghapuskan atau menghilangkan dari segala penyakit hati: iri, dendam, tamak, dan lain sebagainya. 
• Mengobati diri dari penyakit jasmani. Ketika hendak melaksanakan śalat tahajjud diawali dengan niat yang ikhlas di dalam hati.

e. Śalat Tasbih

Śalat sunnah tasbih adalah śalat sunnah yang dilaksanakan dengan memperbanyak membaca tasbih. Śalat tasbih ini merupakan sunnah khusus dengan membaca tasbih sebanyak 300 kali di dalam śalat.

Secara lebih terperinci, tata cara mengerjakan śalat tasbih ini terdiri dari dua macam cara, yaitu : 
• jika dilaksanakan di malam hari, jumlah rakaatnya ada empat dengan dua kali salam. 
• jika dilaksanakan di siang hari, jumlah rakaatnya ada empat dan sekali salam. 

Dalam praktik pelaksanaannya śalat sunnah ini memerlukan waktu yang relatif lama, oleh karenanya śalat tasbih dilaksanakan sesuai dengan kemampuan. Jika mampu melaksanakannya setiap hari, laksanakanlah dalam setiap harinya. Jika tidak mampu melaksanakannya dalam setiap harinya, laksanakan setiap hari Jum’at. Jika tidak mampu melaksanakan setiap hari Jum’at, laksanakan setiap sebulan sekali, setahun sekali, atau minimal seumur hidup sekali. Ketika hendak melaksanakan śalat tasbih pada malam hari diawali dengan niat śalat tasbih dua rakaat, lalu dua rakaat lagi.

Jika dikerjakan pada siang hari maka langsung empat rakaat. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati.

Pada rakaat pertama urutan śalat tasbih dan jumlah bacaan tasbihnya sebagai berikut : 
• Setelah membaca surah al-Fatihah dan surat-surat pendek, membaca tasbih 15 kali, 
• Ketika ruku’ (setelah membaca do’a ruku’) membaca tasbih 10 kali. 
• Ketika bangun dari ruku’ (setelah membaca do’anya) membaca tasbih 10 kali.
• Ketika sujud pertama (setelah membaca do’a sujud) membaca tasbih 10 kali. 
• Ketika duduk di antara dua sujud (setelah membaca do’anya) membaca tasbih 10 kali. 
• Ketika sujud kedua (setelah membaca do’anya) membaca tasbih 10 kali. • 

Ketika akan berdiri untuk rakaat yang kedua duduk dulu (duduk istirahat) membaca tasbih 10 kali, Setelah itu berdiri untuk rakaat yang kedua yang bacaannya sama dengan rakaat yang pertama. Pada rakaat kedua, setelah membaca tasyahud, baik tasyahud awal maupun akhir, membaca tasbih 10 kali. Dengan demikian apabila kita hitung jumlah bacaan tasbih tiap satu rakaat adalah 75 kali. Berarti jumlah keseluruhan bacaan tasbih dalam śalat tasbih adalah 75 x 4 rakaat = 300 kali bacaan tasbih. 

4. Hikmah Śalat Sunnah 
Hikmah melaksanakan śalat sunnah sebagai berikut: 
a. Disediakan jalan keluar dari segala permasalahan dan persoalannya dan senantiasa akan diberikan rezeki yang cukup oleh Allah Swt. 

b. Menambah kesempurnaan śalat fardu. Melaksanakan śalatsunnah memberikan manfaat untuk menyempurnakan śalat fardu baik dari segi kekurangan dan kesalahan melaksanakan śalat fardu. 

c. Menghapuskan dosa, meningkatkan derajat keridhoan Allah Swt. serta menumbuhkan kecintaan kepada Allah Swt. Allah Swt. akan menaikkan derajat kita di sisi-Nya, setahap demi setahap dan setiap satu kali melaksanakan śalat sunnah maka Allah Swt. akan menghapus satu dari dosa-dosa dan kesalahan kita. Ini merupakan bentuk rida dan cinta Allah Swt. kepada hamba-Nya yang selalu mengupayakan untuk dapat melaksanakan śalat-śalat sunnah. 

d. Sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Allah Swt. atas berbagai karunia besar yang sering kurang kita sadari. Allah Swt. akan mengaruniakan kebaikan dan keberkahan dalam rumah kita. Setiap saat kita bisa bernafas, bisa melihat, bisa mendengar, dan masih dapat merasakan kesemuanya itu adalah anugerah besar yang kita harus syukuri dengan śalat sunnah. 

e. Mendatangkan keberkahan pada rumah yang sering digunakan untuk śalat sunnah. śalat yang dianjukan dilaksanakan berjamaah diutamakan dilaksanakan di masjid sedangkan śalat sunnah yang pelaksanakannya secara munfarīd (sendiri) sebaiknya dilaksanakan di rumah walaupun apabila dilaksanakan di masjid juga diperbolehkan. 

f. Hidup menjadi terasa nyaman dan tenteram. Bekal terbaik di dalam menempuh perjalanan ke akhirat adalah dengan ketaqwaan. Sedangkan aspek terpenting dalam mewujudkan taqwa adalah dengan śalat, terutama śalat sunnah sebagai ibadah tambahan.

Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih