Materi PAI Kelas 8: Ibadah Puasa Membentuk Pribadi yang Bertakwa


Marilah kita renungkan, betapa nikmatnya orang yang sedang berbuka puasa. Apakah kalian pernah merasakan kenikmatan tersebut? Seharian kita menahan lapar dan haus; nikmatnya, begitu tiba saatnya berbuka. Alhamdulillah lapar dan haus terobati. Apa yang bisa kita rasakan pada saat kita menjalankan ibadah puasa? 

Puasa bukan hanya menahan makan dan minum. Banyak orang di sekeliling kita berpuasa. Mereka beramai-ramaisahur di waktu sebelum fajar tiba, lantas menahan lapar dan haus di siang harinya. Seharian mereka tidak makan dan minum, begitu mendengar azan Magrib dikumandangkan, tuntas sudah puasa pada hari itu. Semudah itukah kita melaksanakan puasa? Selain menahan makan dan minum kita yang berpuasa juga harus dapat menahan diri dari segala perbuatan yang mengandung dosa. 

Lebih jauh lagi kita harus meninggalkan perkara-perkara yang dapat merugikan orang lain, seperti mencuri, korupsi, atau mengambil setiap hak orang lain. Puasa adalah momen yang paling tepat untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Apalagi puasa di bulan Ramadhan, setiap pahala dilipatgandakan seribu kali lipat. Apakah kita tidak rugi jika tidak berpuasa? 

Bekerja pun bernilai ibadah manakala diniatkan dengan benar. Para petani yang mengayunkan cangkulnya di saat puasa lebih baik daripada yang hanya tidur dari pagi sampai petang. Jadi, dengan melaksanakan puasa memberikan kesempatan kepada kita untuk menambah amal ibadah. Kita juga memohon ampun atas dosa-dosa yang telah kita perbuat selama ini baik yang kita sengaja maupun yang tidak kita sengaja. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Puasa merupakan rukun Islam yang keempat. Puasa berasal dari kata “śaumu” yang artinya menahan diri dari segala sesuatu, seperti: menahan makan, minum, nafsu, dan menahan bicara yang tidak bermanfaat. Sedangkan arti puasa menurut istilah adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syarat tertentu, sesuai dengan firman Allah sebagai berikut:



Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa puasa itu diwajibkan bagi orangorang yang beriman dengan tujuan agar menjadi orang yang bertakwa.

1. Puasa Wajib 

Puasa wajib adalah puasa yang harus dilaksanakan oleh setiap umat Islam yang sudah balig dan apabila ditinggalkan akan mendapat dosa. Adapun macam-macam puasa wajib ada empat yaitu: 

a. Puasa Ramadan 
Puasa Ramadan adalah puasa yang dilaksanakan di bulan Ramadan yang merupakan rukun Islam yang keempat. Puasa wajib ini mulai diperintahkan mulai tahun kedua hijrah, setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Hukumnya adalah fardu ‘ain. 

Oleh karena itu, jangan sekali-kali meninggalkan puasa Ramadan tanpa adanya halangan yang dibenarkan menurut syariat. Apabila sedang berhalangan melaksanakan puasa Ramadan, kita wajib menggantikannya pada hari lain. 

Agar puasa kita menjadi lebih sempurna dan bermakna, marilah kita pahami ketentuan-ketentuannya. 

1) Syarat wajib puasa 
Orang Islam berkewajiban untuk melaksanakan puasa apabila memenuhi syarat sebagai berikut: 
a) berakal, 
b) balig, 
c) mampu berpuasa. 

2) Syarat sahnya puasa 
Di samping syarat wajib ada syarat lain agar puasa kita menjadi sah, antara lain: 
a) Islam, 
b) Mumayiz (sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik), 
c) Suci dari darah haid dan nifas, 
d) Dalam waktu yang diperbolehkan untuk berpuasa.

3) Rukun puasa 
Orang yang akan melaksanakan puasa harus memenuhi rukun puasa antara lain yaitu: 

a) Niat untuk berpuasa 
Ketika hendak berpuasa di bulan Ramadan, lakukan niat di dalam hati dengan ikhlas. Apabila diucapkan, maka niat puasa tersebut adalah sebagai berikut :


Niat untuk melaksanakan puasa dilakukan pada malam hari sebelum memulai puasa dan selambat-lambatnya sebelum terbit fajar. Untuk menjaga agar niat puasa ini tidak terlewatkan, kita boleh mengucapkan niat puasa ini setelah selesai śalat tarawih. 

b) Menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. 

4) Hal-hal yang membatalkan puasa 
Berpuasa merupakan bentuk ibadah kita kepada Allah Swt. Untuk itu kita harus berhati-hati dalam melaksanakannya. Ada enam perkara yang bisa membatalkan puasa kita, yaitu: 

a) Makan dan minum. 
Makan dan minum yang membatalkan puasa adalah apabila dilakukan dengan sengaja. Kalau makan minum dilakukan dengan tidak sengaja karena lupa, hal ini tidak membatalkan puasa. 

b) Muntah yang disengaja atau dibuat-buat. 
Apabila muntahnya tidak sengaja, tidak membatalkan puasa. 

c) Berhubungan suami istri. 
Orang yang melakukan hubungan suami istri di siang hari pada bulan Ramadan dapat membatalkan puasanya. Ia wajib mengganti puasa itu serta harus membayar kifarat (denda). 

Ada tiga macam kifaratnya, antara lain: memerdekakan hamba sahaya, kalau tidak sanggup memerdekakan hamba sahaya maka wajib berpuasa dua bulan berturut-turut, kalau tidak kuat berpuasa maka bersedekah dengan memberikan makanan yang mengenyangkan kepada enam puluh fakir miskin dan tiap-tiap orang mendapatkan ¾ liter. 

d) Keluar darah haid atau nifas bagi perempuan, 
e) Gila, f) Keluar cairan mani dengan sengaja. 

5) Hal-hal yang disunnahkan dalam puasa 
Orang yang sedang berpuasa disunnahkan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: 
a) Berdoa ketika berbuka puasa, 
b) Memperbanyak sedekah, 
c) Śalat malam, termasuk śalat tarawih, 
d) Tadarus atau membaca al-Qur’ān. 

6) Hal-hal yang mengurangi pahala puasa 
Hal yang dapat mengurangi bahkan menghilangkan pahala puasa adalah semua perbuatan yang dilarang oleh Islam. Contohnya membicarakan kejelekkan orang lain, berbohong, mencaci maki orang lain, dan sebagainya. 

7) Orang-orang yang boleh berbuka pada bulan Ramadan 
Berpuasa adalah kewajiban bagi setiap muslim. Akan tetapi, dalam keadaan tertentu boleh tidak berpuasa. Adapun orang-orang yang diperbolehkan meninggalkan puasa sebagai berikut: 

a) Orang yang sedang sakit dan tidak kuat untuk berpuasa atau apabila berpuasa sakitnya semakinparah.Namun, iaharusmenggantikannya di hari lain apabila sudah sembuh nanti. 

b) Orang yang sedang dalam perjalanan jauh. Ia pun wajib mengqada puasanya di hari lain. 

c) Orang tua yang sudah lemah sehingga tidak kuatlagi untuk berpuasa. Ia wajib membayar fidyah (bersedekah) tiap hari ¾ liter beras atau yang sama dengan itu kepada fakir miskin. 

d) Orang yang sedang hamil dan menyusui anak. Kedua perempuan ini kalau khawatir akan menjadi mudarat kepada dirinya sendiri atau beserta anaknya mereka wajib mengqada puasanya sebagaimana orang yang sedang sakit. Kalau hanya khawatir akan menimbulkan mudarat bagi anaknya, ia wajib mengqada puasanya dan membayar fidyah kepada fakir miskin.

b. Puasa Nazar 
Puasa nazar adalah puasa yang dilakukan karena mempunyai nazar (janji kebaikan yang pernah diucapkan). Puasa ini wajib dilaksanakan ketika keinginannya atau cita-citanya terpenuhi. Misalnya, kamu ingin sekali lulus SMP dan memperoleh predikat 10 besar di sekolah. Jika keinginan mulia itu terwujud kamu berjanji untuk puasa 3 hari. 

Nah, ketika cita-cita itu ternyata terpenuhi, maka janji (nazar) untuk berpuasa 3 hari tersebut harus segera kamu laksanakan. Nazar harus berupa amal kebaikan. Kita tidak boleh bernazar dengan amal keburukan atau maksiat. 

Jika seseorang kelepasan bernazar untuk berbuat maksiat kepada Allah, maka hal tersebut tidak wajib bahkan tidak boleh dilakukan, bahkan ia harus beristigfar memohon ampun kepada Allah atas nazar berbuat maksiat tadi. Adapun hukum puasa nazar adalah wajib dilaksanakan sebagaimana firman Allah sebagai berikut:

c. Puasa Qada 
Puasa qada adalah puasa yang kita niatkan untuk mengganti kewajiban sesudah lewat waktunya. Sebagai contoh orang yang meninggalkan puasa karena sedang haid, berkewajiban mengganti puasa tersebut di bulan yang lainnya. 

Apabila meninggalkan puasanya enam hari, wajib baginya mengqada enam hari (sebanyak jumlah hari yang ditinggalkan). Batas waktu untuk mengqada puasanya adalah sampai datang bulan puasa berikutnya. Apabila tidak dilakukan, ia wajib mengqada serta membayar fidyah. 

d. Puasa kifarat 
Puasa kifarat adalah puasa yang wajib dikerjakan karena melanggar suatu aturan yang telah ditentukan. Puasa kifarat wajib dilaksanakan apabila terjadi hal-hal berikut:

1) Tidak mampu memenuhi nazar 
Nazar merupakan janji yang wajib kita penuhi tetapi kadangkala kita tidak sanggup memenuhi janji tersebut karena ada halangan. Contoh: Jika nanti saya sembuh dari sakit, saya akan melaksanakan umrah. Apabila sakit yang kita derita selama ini sudah sembuh, kita wajib melaksanakan umrah. Namun, saat itu kita belum mempunyai ongkos untuk pergi umrah. Maka, kita boleh menggantinya dengan membayar fidyah kepada sepuluh orang miskin. Jika tidak mampu membayar fidyah, kita wajib berpuasa selama tiga hari. 

2) Berkumpul dengan istri di siang hari pada bulan puasa 
Dalam kasus semacam ini ia wajib melaksanakan puasa kifarat selama dua bulan berturut-turut. 

3) Membunuh secara tidak sengaja 
Membunuh merupakan perbuatan keji yang dilarang oleh Allah dan termasuk dosa besar. Namun, sering kali terjadi kasus pembunuhan yang terjadi walaupun pelakunya tidak menginginkannya. Contohnya: mengendarai mobil atau motor dengan kecepatan yang tinggi sehingga terjadi kecelakaan yang mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang. 

Dalam kasus semacam ini penabrak wajib membayar kifarat berupa memerdekakan hamba sahaya sambil memberikan santunan kepada pihak korban. Jika tidak mampu, dia harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut. 

4) Melakukan zihar kepada istrinya (menyamakan istri dengan ibunya). 
Seorang suami yang menyamakan istri dengan ibunya hukumnya haram. Contoh perilaku menyamakan adalah seorang suami tidak mau melakukan hubungan suami istri (memberi nafkah batin) karena ketika melihat istrinya seperti melihat ibunya. 

Perlakuan suami seperti ini tentu sangat menyakiti hati dan perasaan istrinya. Hal ini sangat dilarang oleh Allah Swt. Apabila perbuatan ini sudah telanjur, maka suami tersebut harus membayar kifarat dengan memerdekaan hamba sahaya atau berpuasa dua bulan berturut-turut. 

5) Mencukur rambut ketika ihram. 
Ketika sedang melaksanakan ibadah haji, seorang jamaah haji sudah mencukur rambut sebelum tahalul. Maka, jamaah haji tersebut harus membayar kifarat berupa memberikan sedekah kepada enam fakir miskin atau berpuasa tiga hari.

6) Berburu ketika ihram. 
Pada saat seseorang melaksanakan haji, dia tidak boleh berburu binatang. Jika hal itu dilakukan, maka dia wajib membayar kifarat karena berburu binatang merupakan salah satu dari larangan haji. Bentuk kifaratnya ditentukan oleh keputusan hakim yang dinilai jujur. 

7) Mengerjakan haji dan umrah dengan cara tamattu’ atau qiran 
Dalam hal ini ia wajib membayar denda sebagai berikut: menyembelih seekor kambing yang pantas untuk berqurban. Apabila tidak sanggup memotong kambing, ia wajib melaksanakan puasa selama sepuluh hari. Tiga hari wajib ia kerjakan pada saat ihram paling lambat pada hari raya Haji dan tujuh harinya wajib dilaksanakan sesudah ia kembali ke tanah airnya. 

2. Puasa Sunnah

Selain diperintahkan untuk melaksanakan puasa wajib, kita juga dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah. Cara mengerjakannya sama seperti melaksanakan puasa Ramadan, yaitu dimulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Dalam pelaksanaanya puasa sunnah ini dikaitkan dengan bulan, hari, dan tanggal. Puasa sunnah ini apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala. Namun, apabila tidak dikerjakan tidak mendapat dosa.

Berikut ini akan diuraikan puasa yang disunnahkan untuk dilaksanakan selain puasa wajib, yaitu: 

a. Puasa Syawal 
Puasa ini dilaksanakan sesudah tanggal 1 Syawal. Jumlahnya ada enam hari. Cara mengerjakannya boleh dikerjakan enam hari berturut-turut atau boleh juga dilaksanakan dengan cara berselang-seling. Misalnya sehari puasa sehari tidak. Hal ini berdasarkan hadis sebagai berikut:



b. Puasa Arafah (Tanggal 9 Zulhijjah) 
Puasa ini dilaksanakan ketika orang yang melaksanakan ibadah haji sedang wukuf di Padang Arafah. Sedangkan orang yang menunaikan ibadah haji tidak disunnahkan melaksanakan puasa ini. 

Keistimewaan puasa Arafah ini dapat menghapus dosa selama dua tahun: yaitu satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang sebagaimana tertuang dalam Hadis berikut:



Artinya: “ Dari Abu Qatadah, nabi saw., telah berkata,” puasa hari Arafah itu menghapuskan dosa dua tahun: satu tahun yang telah lalu, dan satu tahun yang akan datang.”(H.R.Muslim) 

c. Puasa Hari Senin dan Kamis 
Puasa hari Senin dan Kamis adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada hari Senin dan Kamis. Sebagaimana Hadis berikut:


3. Waktu yang diharamkan untuk berpuasa 
Allah Swt. Maha Adil dan Maha Bijaksana. Dalam waktu-waktu tertentu kita dilarang berpuasa. Adapun waktu yang diharamkan untuk berpuasa adalah: 
a. Hari raya Idul Fitri dan Idul Adha 
b. Hari tasyrik yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah 
c. Hari yang diragukan (apakah sudah tanggal satu Ramadan atau belum) 

4. Hikmah Berpuasa 
Orang muslim yang senantiasa melaksanakan puasa akan mendapatkan banyak manfaat, antara lain: 

a. Meningkatkan iman dan takwa serta mendorong seseorang untuk rajin bersyukur kepada allah Swt. Ini merupakan tujuan utama orang yang berpuasa. 
b. Menumbuhkan rasa solidaritas terhadap sesama terutama kasih sayang terhadap fakir miskin. 
c. Melatih dan mendidik kesabaran dalam kehidupan sehari-hari karena orang yang berpuasa terdidik menahan kelaparan, kehausan, dan keinginan. Tentulah dengan sabar ia dapat menahan segala kesulitan tersebut.
d. Dapat mengendalikan hawa nafsunya dari makan minum dan segala yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. 
e. Mendidik diri sendiri untuk bersifat sidiq karena dengan berpuasa dapat menjaga diri dari sifat pendusta. Sifat ini dapat menghilangkan pahala puasa. 
f. Dengan berpuasa kita juga memberikan waktu istirahat bagi organorgan yang ada di tubuh kita. Sehingga tidak mengherankan bahwa orang yang berpuasa akan menjadi lebih sehat.
Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih