Seputar Thoifah Manshuroh, Pengertian, Ciri-ciri, dan Kekhususannya


Seharusnya orang muslim mengikuti kebenaran dan berjalan dalam kendaraan kelompok yang ditolong (thaifah manshurah) yaitu Ahlus sunah wal jamaah, pengikut salafus solehh. Mereka mencintai karena Allah dimana saja mereka berada. Baik di negaranya atau selain negaranya. Saling bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan dan saling tolong menolong dalam agama Allah Ta’ala.

Adapun ciri-ciri kelompok yang ditolong (toifah mansurah):

Dalam masalah ini terdapat beberapa hadits shahih dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam diantaranya:

“Dari Muawiyah radhiallahu anhu berkata, aku mendengar Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda,

لا يزال من أمتي أمة قائمة بأمر الله لا يضرهم من خذلهم ولا من خالفهم ، حتى يأتيهم أمر الله وهم على ذلك

“Selalu ada dari umatku senantiasa yang menegakkan perintah Allah. Tidak dapat mencelakai mereka orang yang menghinanya dan juga orang yang menyelisihinya, hingga Allah datangkn kepada mereka perkaranya sedangkan mereka tetap kondisi seperti itu.”

“Dari Umar bin Khatab radhiallahu anhu berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda,

لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق حتى تقوم الساعة

“Selalu akan ada kelompok dari umatku akan membela kebenaran hingga datang hari kiamat.”

Dari Mugirah bin Syu’bah radhiallahu anhu berkata, aku mendengar Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda,

لا يزال من أمتي قوم ظاهرين على الناس حتى يأتيهم أمر الله

“Selalu aka ada umatku yang membela (kebenaran) di tengah manusia sampai datang keputusan Allah kepada mereka.”

Dari Imran bin Husain radhiallahu anhu berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda,

لا تزال طائفة من أمتي يقاتلون على الحق ، ظاهرين على من ناوأهم ، حتى يقاتل آخـرهم المسيح الدجال

”Akan senantiasa ada kelompok dari umatku yang berperang dalam kebenaran. Mereka akan menang menghadapi orang yang memusuhinya. Sampai akhir dari mereka akan memerangai Al-Masih Dajjal.”

Dari hadits-hadits ini dapat diambil beberapa hal:

Pertama,

Sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam ‘Senantiasa ada kelompok dari umatku’. Ungkapan akan ada sekelompok dari umat, bukan dari seluruh umat. Di dalamnya ada isyarat adanya kelompok lain dan kumpulan-kumpulan lainnya.

Kedua:

Sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam “Tidak mencelakai orang yang menyelisihinya.” menunjukkan bahwa disana ada kelompok lain yang berbeda dari thaifah manshurah dalam urusan agama. Hal ini seperti yang ditunjukkan hadits perpecahan (umat) dimana ada tujuh puluh dua kelompok yang berbeda dengan kelompok yang selamat (Najiyah) mereka dalam kondisi kebenaran.

Ketiga:

Kedua hadits memberikan kabar gembira bagi pemegang kebenaran. Hadits thaifah mansurah memberi kabar gembira dengan kemenangan dan pertolongan di dunia.

Keempat: ;

Maksud dari sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam ‘Sampai datang urusan (keputusan) Allah’ maksudnya adalah hembusan angin yang datang, mencabut nyawa setiap orang mukmin dan mukminah. Hal ini tidak meniadakan hadits ini ‘Akan senantiasa ada kelompok dari umatku yang membela kebenaran sampai datangnya hari kiamat’ karena maksudnya bahwa mereka senantiasa dalam kebenaran sampai dicabut oleh hembusan angin menjelang hari kiamat, ketika sudah tampak tanda-tanda kiamat.

Sifat Thaifah Manshurah

Dari hadits-hadits tadi dan riwayat lain, dapat diambil sifat berikut untuk toifah mansurah:

1.Ia berada dalam kebenaran. Terdapat dalam hadits bahwa mereka adalah ‘Dalam kebenaran berdasarkan urusan (keputusan) Allah.’ Mereka ‘Dalam agama (Allah)’ kumpulan dua kata ini, menunjukkan tentang keistiqomahan mereka dalam agama yang benar yang karenanya Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam diutus.

2.Ia melaksanakan perintah Allah, melaksanakan perintah Allah maksudnya adalah:

a.Mereka berbeda dengan kebanyakan orang yang membawa bendera dalam dakwah

b.Mereka melaksanakan tugas penting ‘Menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkaran

3.Ia akan terus menang sampai hari kiamat, hadits-hadits memberikan sifat kelompok ini dengan (Akan senantiasa menang sampai datang urusan (keputusan) Allah) atau (Terhadap kebenaran senantiasa menang) atau (menang sampai hari kiamat) atau (Senantiasa menang bagi orang yang memperjuangkannya). Menang di sini mencakup:

-Jelas, tampak dan tidak tertutup, kelihatan dan menonjol serta terlihat tinggi.

-Konsistensi mereka dalam kondisi dalam kebenaran, beragama, istiqamah serta menunaikan perintah Allah dan berjihad melawan musuh-Nya.

-Mempunyai arti memperjuangkan.

4.Ia sabar dan melipat gandakan kesabaran.

“Dari Abu Tsa’labah AL-Khusyani radhiallahu anhu sesungguhnya Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إن من ورائكم أيام الصبر ، الصبر فيه مثل قبض على الجمر

“Sesungguhnya dibelakang kamu (generasi setelahnya) ada hari-hari penuh kesabaran. Kesabaran di dalamnya bagaikan memegang bara api.”

Siapa mereka thaifah manshurah?

Bukhori mengatakan, “Mereka adalah ahlu ilmi. Kebanyakan para ulama menyebutkan maksud dari thaifah mansurah adalah ahli hadits. An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ada kemungkinan kelompok ini berserakan di antara orang mukmin, di antara mereka ada yang pemberani pejuang, di antaranya para ahli fikih, ahli hadits, orang zuhud,, pengajak kebaikan dan pencegah kemungkaran, di antara mereka ada golongan kebaikan lainnya.

Beliau juga mengatakan, “Kelompok ini juga boleh termasuk kelompok bermacam-macam dari golongan orang mukmin, antara pemberani dan ahli strategi peperangan, pakar fikih, hadits, tafsir, pelaku penyuruh kebaikan dan melarang kemunkaran, zuhud dan ahli ibadah.

Ibnu Hajar rahimahullah berkata sebagai pemutus dalam masalah ini, “Tidak harus berkumpul di satu negara, bahkan boleh berkumpulnya mereka di satu wilayah dan berpencar di berbagai belahan bumi. Boleh juga berkumpul dalam satu negara, dimana sebagian ada di antara mereka dan bukan pada sebagian lainnya. Bisa juga bumi semuanya kosong dari sebagian mereka sedikit demi sedikit. Sampai tidak ada yang tersisa kecuali satu kelompok di satu negara. Ketika sudah habis, maka datanglah perintah (keputusan) Allah.”

Perkataan para ulama seputar kelompok ini, tidak dikhususkan pada golongan tertentu dari manusia, sebagaimana tidak ditentukan pada negara tertentu. Meskipun terakhirnya berada di Syam dan mereka memerangi Dajjal sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi sallallahu alaihi wa sallam. Tidak diragukan, bahwa mereka adalah orang yang sibuk dengan ilmu agama –baik akidah, fikih, hadits, tafsir, memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran, membantah ahli bid’ah. Semua itu harus dibarengi dengan ilmu yang benar dan bersumber dari wahyu. Kita memohon kepada Allah semoga kita dimasukkan ke dalam golongan mereka. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi kita Muhammad.




Kekhususan yang paling menonjol dari kelompok yang selamat (firqoh Najiyah) adalah berpegang teguh dengan apa yang ada pada Nabi sallallahu alaihi wa sallam dalam masalah aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah. Empat hal ini anda dapatkan firqoh najiyah ini yang tampak di dalamnya.

Dalam aqidah, anda dapatkan sangat memegang dengan apa yang ditunjukkan dalam Kitab dan Sunah RasulNya sallallahu alaihi wa sallam. Dari kemurnian tauhid dalam Uluhiyatullah, Rububiyah dan Asma’ Wa Sifat-Nya.

Dalam ibadah, anda dapatkan kelompok ini sangat berbeda dalam komitmennya yang sempurna serta pelaksanaannya sebagaimana yang dilakukan Nabi sallallahu alaihi wa sallam. Beribadah dalam sifat, kadar, waktu, tempat dan sebabnya. Anda tidak dapatkan mereka melakukan bid’ah dalam agama Allah. Mereka sangat beradap dengan Allah dan Rasul-Nya. Tidak pernah mendahulukan Allah dan RasulNya dengan memasukkan sesuatu dalam ibadah yang Allah tidak mengizinkannya.

Dalam akhlak, anda dapati mereka unggul dari yang lainnya. Dengan akhlak yang mulia seperti cinta kebaikan kepada umat Islam, berlapang dada, wajah mudah tersenyum, bagus ucapan dan dermawan, berani dan sifat akhlak mulia lainnya.

Dalam muamalat, anda dapati mereka bermuamalah dengan manusia dengan kejujuran, menjelaskan seperti yang diisyaratkan oleh Nabi sallallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya:

البيعان بالخيار ما لم يتفرقا فإن صدقا وبينا بورك لهما في بيعهما , وإن كذبا وكتما محقت بركة بيعهما

“Dua orang jual beli dalam pilihan selagi belum berpisah, kalau keduanya jujur dan saling menjelaskan. Maka keduanya akan mendapat keberkahan dalam penjualannya. Kalau bohong dan menyembunyikan (aib), maka keberkahannya akan dihapus dalam penjualannya.”

Kekurangan dari kekhususan ini, tidak menjadikan seseorang keluar dari firqoh Najiyah. Akan tetapi masing-masing ada derajatnya sesuai dengan amalannya. Kekurangan dari sisi tauhid, bisa jadi keluar dari firqoh najiyah. Seperti tidak ada ikhlas, bagitu juga dalam bid’ah, terkadang melakukan bid’ah yang dapat mengeluarkan dari firqoh najiyah (kelompok selamat).

Sementara dalam masalah akhlak dan muamalat, tidak mengeluarkan (dari firqoh najiyah) meskipun kurang pada keduanya menyebabkan berkurang dari sisi derajatnya. Terkadang kita butuhkan perincian dalam masalah akhlak, karena yang terpenting dalam akhlak adalah kesatuan kata, bersatu dalam kebenaran yang diwasiatkan Allah kepada kita dalam firman-Nya:

شَرَعَ لَكُمْ مِنْ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ (سورة الشورى: 13)

“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.” (QS: As-Syuro: 13)

Dan memberitahukan bahwa orang yang memecah belah agama dan mereka berkelompok-kelompok, Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam berlepas darinya. Maka Allah berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ (سورة الانعام : 159)

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka.” (QS; Al-An’am: 159)

Maka kesatuan kata dan kesatuan hati, termasuk spesifikasi yang menonjol dalam -firqoh najiyah- ahlus sunah wal jamaah. Mereka jika terjadi perbedaan di antara mereka yang timbul dari ijtihad dalam masalah ijtihadiyah, hal itu tidak menjadikan iri hati, permusuhan, kebencian sebagian dengan sebagian lainnya. Bahkan mereka meyakini semuanya adalah saudara meskipun terjadi perbedaan di antara mereka ini. Bahkan di antara mereka shalat di belakang orang yang berpendapat dia tidak dalam kondisi berwudhu, sementara imam lain berpendapat dia dalam kondisi berwudu. Contoh seseorang di antara mereka shalat dibelakang orang yang memakan daging unta. Imam ini berpendapat tidak membatalkan wudu. Sementara makmumnya berpendapat hal itu membatalkan wudu. Maka dia berpendapat shalat di belakang imam ini sah. Jika dia shalat sendirian dia berpendapat shalatnya tidak sah.

Semuanya ini, Karena mereka berpendapat bahwa perbedaan yang timbul dari ijtihad yang memungkin seseorang berijtihad, hakekatnya tidak ada perbedaan. Karena masing-masing telah mengikuti apa yang seharusnya dia ikuti dari dalil yang tidak boleh berpaling darinya. Mereka berpendapat bahwa saudaranya yang berbeda dalam suatu amalan tertentu, mengikuti dalil, hakekatnya dia telah sepakat dengannya. Karena mereka mengajak untuk mengikuti dalil dimana saja. Kalau dia berbeda karena sesuai dalil yang ada padanya maka pada hakekatnya dia sepakat dengannya. Karena dia berjalan sesuai apa yang diajak dan menunjukkan untuk berhukum dengan Kitabullah dan sunah Rasululah sallallahu alaihi wa sallam.

Tidak tersembunyi lagi bagi kebanyakan ahli ilmu, adanya perbedaan di antara para shahabat seperti masalah ini, bahkan terjadi pada masa Nabi sallallahu alaihi wa sallam. Tidak seorang pun yang mencelanya. Bahwa beliau sallallahu alaihi wa sallam ketika pulang dari perang Ahzab, Jibril datang dan memberi isyarat agar beliau berangkat ke Bani Quraidhah yang mengkhianati perjanjian. Maka Nabi sallallahu alahi wa sallam mengajak kepada para shahabat dengan mengatakan,”Janganlah kalian melakukan shalat Ashar kecuali di Bani Quraizah.”

Maka berangkatlah mereka dari Madinah ke Bani Quraidhah. Lalu mereka mendapatkan shalat Ashar. Di antara mereka ada yang mengakhirkan shalat asar sampai ke Bani Quraidhah meskipun telah keluar waktunya karena Nabi bersabda, “Hendaklah kalian jangan melakukan shalat asar kecuali di Bani Quraizah.” Di antara mereka ada yang shalat pada waktunya. Dia mengatakan sesungguhnya Rasulullah sallallahu alai wa sallam menginginkan kamu untuk segera keluar, tidak menginginkan kita mengakhirkan shalat dari waktunya –dan mereka adalah yang benar- akan tetapi meskipun begitu, Nabi sallallahu alaihi wa sallam tidak mencela seorangpun dari kedua kelompok itu. Hal itu juga tidak menyebabkan permusuhan dan kebencian satu dengan lainnya disebabkan perbedaan dalam memahami nash ini.

Oleh karena itu, saya berpendapat, selayaknya bagi orang yang menyandarkan kepada Sunah seharusnya menjadi umat yang satu. Tidak menjadi berkelompok di antara mereka. Yang ini kelompoknya ini dan yang lain ke kelompok lain, yang ketiga ke kelompok ke tiga. Begitulah sehingga mereka berselisih di antara mereka dengan beradu mulut yang sengit dan saling bermusuhan dan saling membenci karena perbedaan yang seseorang dapat berijtihad. Tidak perlu saya sebutkan secara khusus kelompok tertentu, Akan tetapi orang yang berakal memahami dan jelas perkara ini.

Maka saya berpendapat bahwa seharusnya ahlus Sunah wal jamaah hendaknya bersatu meskipun terjadi perbedaan di dalam ruang dimana mereka dibolehkan berbeda pendapat sesuai cakupan nash sesuai dengan pemahaman. Karena masalah ini alhamdulillah luas. Yang terpenting kesatuan hati dan kesatuan kata . Tidak diragukan bahwa musuh-musuh Islam senang umat Islam berpecah bela. Baik musuh yang terang-terangan mengatakan permusuhan atau musuh yang pura-pura dekat dengan umat Islam beragama Islam, padahal mereka tidak termasuk di dalamnya. Maka seharusnya kekhususan ini dimiliki dan disinilah kekususan kelompok yang selamat yaitu bersatu dengan satu kata.

Referensi:
Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih