Mengenal Lebih Dekat Kampung Pulo, Candi Cangkuang, dan Penyebaran Islam di Wilayah Tersebut
Berkesempatan ngobrol santai dengan salah seorang penduduk kampung adat "Kampung Pulo", Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Beliau dipanggil Pak Tatang, satu dari 7 keluarga yang ada di "lembur" tersebut.
Ya, di Kampung Pulo, yang merupakan satu kesatuan dengan kawasan situs sejarah Candi Cangkuang ini, hanya ada enam rumah plus satu mesjid. Penduduknya adalah cucu buyut dari Embah Dalem Arif Muhammad, yang pusaranya tepat di samping kanan Candi Cangkuang.
Kampung Pulo masih mempertahankan adat karuhun dalam hal rumah misalnya. Bangunan jaman baheula berbentuk panggung, serba kayu dan bambu, dan atap dari daun ilalang. Begitu perkakas rumah tangga yang masih tradisional.
Untuk menumbuk padi, sebagaimana jaman dulu, mereka masih menggunakan alu dan lesung. Di setiap rumah, ada teras besar, dan untuk naik ke teras menggunakan "golodog", sebuah titian mirip tangga terbuat dari kayu. Yang unik juga, untuk penerangan di dalam rumah, mereka masih menggunakan "cempor", lampu minyak tanah.
Pintu keluar Kampung Pulo |
Mengenal Candi Cangkuang
Peninggalan agama Hindu di sana adalah patung Dewa Siwa yang diperkirakan berasal dari abad VIII, yang ada di dalam candi tersebut. Sementara peninggalan Islam berasal dari abad XVII dan merupakan makam dari Eyang Embah Dalem Arief Muhammad. Ia adalah penyebar agama Islam pertama di wilayah tersebut.
Artefak-artefak di situs Candi Cangkuang ditemukan oleh arkeolog Uka Tjandrasasmita. Ia berpedoman pada buku kuno yang menyebutkan adanya peninggalan sejarah di situs Cangkuang. Peninggalan itu adalah patung Dewa Siwa dan makam Eyang Arief Muhammad yang ditemukan 9 Desember 1966.
Mengenal Embah Dalem Arif Muhammad
Pada mulanya, Embah Dalem Arief Muhammad merupakan panglima perang Kerajaan Mataram yang ditugaskan oleh Sultan Agung untuk menyerang VOC di Batavia. Namun, karena kalah dan takut mendapatkan sanksi apabila pulang ke Mataram, Embah Dalem Arief Muhammad memutuskan untuk bersembunyi di Cangkuang.
Ketika berada di daerah tersebut, masyarakat sekitar menganut agama Hindu serta animisme dan dinamisme. Abad XVII kemudian masyarakat diislamkan. Upaya tersebut dilakukan secara bertahap, karena ketika itu kemenyan dan sesaji masih digunakan.
Bukti penyebaran dan pengajaran agama Islam oleh Embah Dalem Arief Muhammad dipamerkan di museum kecil yang ada di dekat makam keramat. Di museum tersebut terdapat naskah Alquran dari abad XVII dari daluang atau kertas tradisional dari batang pohon saeh (Broussanetia papyrifera vent).
Selain itu, juga terdapat naskah kotbah Idulfitri dari abad yang sama sepanjang 167 sentimeter yang berisi keutamaan puasa dan zakat fitrah.
Warga adat yang mendiami Kampung Pulo saat ini berjumlah 23 orang yang terdiri atas 10 perempuan dan 13 laki-laki. Mereka merupakan generasi ke-8, ke-9, dan ke-10 dari Embah Dalem Arief Muhammad.
Bangunan di Kampung Pulo terdiri atas 6 rumah dan 1 musala. Jumlah tersebut merupakan simbol dari jumlah anak Embah Dalem Arief Muhammad yang memiliki enam anak perempuan dan satu laki-laki.