The First Gift from Google Adsense, Alhamdulillah!

The First Gift from Google Adsense, Alhamdulillah!

Ini artikel lainnya tentang Google Adsense. Tapi tidak hendak membahas seluk beluk layanan ini, melainkan sebuah cerita tentang pengalaman menjadi publisher di Google Adsense.

Membuat blog/website, mengelolanya dengan seprofesional mungkin, dan memonetisasinya dengan jaringan periklanan semisal Google Adsense, adalah salah satu impian para blogger. 

Impian untuk mendapatkan penghasilan tambahan, jika dijalani penuh kesungguhan yang dimudahkan oleh Allah dalam perjalanannya, akan menjadi salah satu pintu rezeki yang mencukupi.

Saya pun sebagaimana blogger lainnya, terobsesi hal demikian. Maka mulai pertengahan 2019 saya serius membuat dan mengelola sebuah blog, yakni blog yang sedang Anda baca ini. Mulai pertengahan 2020 dimonetisasi dan bergabung dengan Google Adsense. Di saat bersamaan, saya pun membuat blog lain yang segmentasinya berbeda dengan blog pertama, ukhtinews.com.

Keseriusan ngeblog saya upayakan. Pertama, dengan custom domain sedari awal, dengan top level domain, dot com. Langkah kedua, dengan membeli template premium yang sudah sedemikian rupa dioftimaslisasi dari segi SEO oleh pembuatnya. Ini tentu akan menjadikan fokus tidak terbagi ke penataan tampilan, melainkan hanya ke konten. Yang ketiga terus belajar tentang keyword dan lain-lain.

Tantangan Menjadi Blogger

Tak mudah memang mengelola blog di tengah persaingan yang begitu ketat dalam dunia internet. Persaingan dengan sesama blogger dan website-website besar untuk menduduki halaman pertama pencarian Google. Website-website besar berani mengeluarkan dana besar untuk memenangkan persaingan itu.

Namun, tetap ada space-space yang masih bisa dimenangkan blogger. Alhamdulillah, ada beberapa keyword di blog saya yang cukup banyak pengunjungnya bahkan mengungguli website besar, termasuk di rangking halaman Google.

Menjadi Publisher Google Adsense

Ini sisi lain motivasi menjadi blogger. Selain motivasi untuk berbagi arti memberi warna dengan sesuatu yang berguna, juga (mudah-mudahan Allah memudahkan) kegiatan ngeblog ini sekali lagi, menjadi salah satu pintu rizki yang bisa mencukupi. Layanan favorit saat ini adalah Google Adsense.

Menjadi penayang iklan Google Adsense tidaklah mudah, dari pendaftaran hingga di-approve. Ada banyak syarat yang harus dipenuhi, ada banyak review yang harus dilewati. Seringkali ditolak, itu menjadi romantika tersendiri bagi blogger. Walaupun seringkali penolakan itu dengan alasan yang tidak jelas. Ya suka-suka Google lah🤭.

Jika semua proses sudah dijalani dan akun Adsense di-approve, ada tahap berikutnya, verifikasi nomor hp, verifikasi rekening, dan verifikasi alamat. Jika sudah mencapai batas pembayaran, maka Google Adsense akan mengirim PIN (Nomor Pengenal Pribadi) untuk memverifikasi alamat, sebagai syarat pembayaran. 

Surat dari Adsense berisi PIN

Untuk tahap verifikasi alamat melalui PIN yang dikirim Google, adalah tahap paling lama, dua minggu hingga tiga bulan, hingga PIN yang dikirim diterima oleh publisher. Ini adalah penantian plus penuh rasa khawatir, karena hal ini poin krusial. Jika alamat tak diverifikasi, maka pembayaran ditangguhkan. Bahkan kemungkinan terburuknya, penayangan iklan di blog akan dihentikan.

Tapi, yakin juga dengan profesionalitas Tim Google Adsense. Mereka akan menepati janji untuk mengirimkan PIN sepanjang alamat si publisher valid, sesuai KTP/SIM/Passpor.

Setelah verifikasi, Pembayaran ditransfer melalui bank

Setelah PIN diterima, dan alamat diverifikasi, maka pihak Google Adsense akan segera mengirimkan sejumlah uang ke rekening kita yang sudah didaftarkan waktu sebelumnya. Pembayaran dari Google Adsense akan dilakukan tiap bulan jika penghasilan kita mencapai batas minimal, Rp. 1.300.000.

Sebuah printer Hewlett Packard (HP) saya jadikan sebagai trigger motivasi untuk serius di aktivitas ini. The first gift from Google Adsense. Ini bukan akhir, namun justru awal. Baru langkah awal untuk menapaki anak tangga berikutnya. Insya Allah.

Alhamdulillah, 'ala kulli haal.


Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih