Tak Sengaja Menjadi Guru
Ada sebuah ungkapan menarik dalam perbendaharaan literasi kosa kata Sunda, memaknai kata "guru". Guru, kependekkan dari digugu dan ditiru. Dengan dua kata itu saja sudah mewakili sosok ideal seorang guru.
Menurut Nova Destia, maksud dari digugu dan ditiru adalah bahwa seorang guru harus bisa memenuhi 2 kata tersebut, yakni:
1. Digugu artinya bahwa perkataannya harus bisa dijadikan panutan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pertanggungjawaban tersebut baik yang berupa alasan-alasan maupun bukti-bukti yang logis dalam penyampaian sesuatu terhadap siswanya maupun kepada masyarakat umum.
Maka dari itu seorang guru harus mempunyai kewibawaan juga wawasan yang cukup tinggi, sebab apapun yang diucapkannya akan dianggap benar oleh murid-muridnya.
2. Yang kedua, sosok seorang guru harus bisa ditiru, baik tingkah lakunya, segala hal yang diucapkannya (pengetahuannya), semangatnya, dan budi pekertinya harus bisa dijadikan teladan.
Sehingga dengan terpenuhinya kedua kata tersebut yaitu "digugu dan ditiru" maka tujuan pendidikan niscaya akan dicapai dengan baik.
Masya Allah, begitu pentingnya posisi seorang guru dalam kehidupan. Ia menjadi sosok yang menjadi panutan dan penuntun kebaikan.
Ketika Tak Sengaja Menjadi Guru, what's next?
Seorang sahabat bercerita bahwa beliau sebenarnya "tak sengaja" menjadi guru. Bukan cita-cita hidupnya, bahkan kuliahnya pun tak di jurusan kependidikan. Namun, Allah berkehendak lain, jadilah beliau menjadi guru. Inipun tak lepas dari doa ibunya, untuk menjadi guru.
Ketika ditanya, bagaimana sekarang menikmati profesi ini? Ya, sangat menikmati. Ternyata, pilihan Allah adalah yang terbaik bagi hamba-Nya.
Seorang teman sekelas ketika saya sekolah di SMPN 1 Mande, juga tak bercita-cita menjadi guru, azamnya ingin menjadi ahli komputer. Maka ia kuliah di jurusan yang berbau teknik komputer.
Tak dinyana ia membuka rental dan kursus konputer, ya jadi juga ia menjadi guru les komputer.
Ada juga seseorang yang semenjak SMA aktif dalam sanggar sastra, kuliah sambil menjadi wartawan dan nyambi menjadi agen sebuah produk. Menjadi penulis freelance beberapa surat kabar di Bandung, termasuk Galura, dan menjadi penyiar radio. Tak sedikitpun bersentuhan dengan dunia mengajar. Apa selanjutnya dengan karirnya?
Tepat sekali, ia menjadi GURU๐
Teman orang ini, juga ketika kuliah sama-sama menjadi wartawan di Radar Bogor, ternyata sekarang "terdampar" dalam dunia mengajar. Ia menjadi dekan di sebuah universitas di Cianjur, gelarnya pun panjang, S.Pd.I, S.H, M.Kum, dan Dr. Selamat Sob!
Ternyata, banyak juga yang tak sengaja menjadi guru, tak menjadi cita-citanya. Namun, kita faham, kita berhak memilih profesi, namun ujungnya tetap Allah lah yang paling berhak untuk memilihkan apapun yang terbaik bagi hamba-Nya.
Jika sudah demikian, ya menjadi guru dinikmati saja, karena ini merupakan profesi mulia. Dijalankan dengan satu tujuan, beroleh keridhoan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Tabik, untuk yang kerap menyodorkan ide, are you ready be a trigger?. Tabik buat yang selalu mendukungku untuk ridho dengan segala ketentuan Allah, istri sekaligus sahabat. Tabik untuk semua.
Happy Learning๐❤๐งก