Dalil-dalil tentang Menangis yang Membuahkan Surga

Ketika acara khataman akbar program One Week One Juz (OWOJ) di Mesjid Daarul 'Uluum SMPN 1 Mande, salah seorang rekan menyampaikan pernyataan dan pertanyaan bahwa ia menangis ketika membaca Al Qur'an bersama-sama. Bagaimana menurut Pak Deni? Begitulah kira-kira ujar beliau. 

Sedikit saja saya katakan, "berbahagialah". Sebab tak semua orang bisa menangis ketika membaca Al Qur'an, dan insya Allah itu menjadi pertanda hati antum tak tergolong "Qosath Qulubuhum", yang hatinya keras membatu. Sambil dibisikan, "Semoga air mata itu mengantarkan kita ke syurga". 

Hipwee

Berbicara mengenai tangisan, ada tangisan yang menyebabkan seseorang masuk neraka, dan ada tangisan yang membawa seseorang masuk surga. Insya Allah penuturan dan Dalil-dalil berikut ini akan menjelaskan dua hal tersebut. 

Kapan air mata menjadi masalah? Ada kalanya menangis menjadi besar, bahkan berujung pada Neraka. Sebaliknya, ada air mata yang justru membuat pemiliknya berbuah Surga.

Sesungguhnya Islam adalah agama yang indah dan sangat lengkap. Islam telah membahas bab menangis ini baik di dalam Al-Quran maun hadits-hadits. Islam membolehkan seseorang menangis atau mengekspresikan rasa sedih. Hanya saja, cara Islam menangis dan bersedih berbeda dengan orang dari agama lain.

Rasulullah Muhammad ﷺ juga pernah bersedih dan menangis, namun cukup dengan linangan air mata saja, tanpa suara, apalagi teriakan-teriakan.Suatu hari Nabi ﷺ bersedih ketika anaknya, Ibrahim, meninggal dunia.

العين تدمع والقلب يحزن ولا نقول إلا ما يرضي الرب وإنا لفراقك يا إبراهيم لمحزونون
Air mata berlinang dan hati bersedih, namun kami tidak mengatakan sesuatu kecuali yang diridhai Allah. Dengan kepergianmu ini wahai Ibrahim, kami sangat bersedih.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud & Ahmad).

دَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ الْمُنْكَدِرِ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ لَمَّا قُتِلَ أَبِي جَعَلْتُ أَكْشِفُ الثَّوْبَ عَنْ وَجْهِهِ أَبْكِي وَيَنْهَوْنِي عَنْهُ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَنْهَانِي فَجَعَلَتْ عَمَّتِي فَاطِمَةُ تَبْكِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبْكِينَ أَوْ لَا تَبْكِينَ مَا زَالَتْ الْمَلَائِكَةُ تُظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا حَتَّى رَفَعْتُمُوهُ تَابَعَهُ ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُنْكَدِرِ سَمِعَ جَابِرًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basysyar] telah menceritakan kepada kami [Ghundar] telah menceritakan kepada kami [Syu’bah] berkata; Aku mendengar [Muhammad bin Al Munkadir] berkata; Aku mendengar [Jabir bin ‘Abdullah radliallahu ‘anha] berkata: Ketika bapakku meninggal dunia aku menyingkap kain penutup wajahnya, maka aku menangis namun orang-orang melarangku menangis sedangkan Nabi ﷺ tidak melarangku. Hal ini membuat bibiku Fathimah ikut menangis. Maka Nabi ﷺ bersabda: “Dia menangis atau tidak menangis, malaikat senantiaa akan tetap menaunginya sampai kalian mengangkatnya”. Hadis ini diperkuat pula oleh [Ibnu Juraij] telah mengabarkan kepada saya [Muhammad bin Al Munkadir] bahwa dia mendengar [Jabir radliallahu ‘anha].” (HR: Bukhari).

Di banyak hadits Nabiyullah ﷺ menjelaskan mana menangis yang dilarang dan mana menangis yang diperbolehkan, bahkan menangis yang dicintai Allah Subhanahu Wata’ala. Dalam sebuah hadits disebutkan;

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

“Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basysyar Bundar] berkata, telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [‘Ubaidullah] berkata, telah menceritakan kepadaku [Khubaib bin ‘Abdurrahman] dari [Hafsh bin ‘Ashim] dari [Abu Hurairah] dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: 

Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ‘ibadah kepada Rabbnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah; mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’, dan seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, serta seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena menangis.” (HR: Bukhari).

Rasulullah Muhammad ﷺ mengatakan, orang yang menangis karena takut kepada Allah Ta’ala, maka keduanya matanya tidak akan tersentuh api Neraka. Disabdakan oleh Nabi ﷺ dari sahabat Ibnu Abbas,

عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهُمَا النَّارُ عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ

Dua mata yang tidak akan tersentuh oleh api Neraka yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang bermalam (begadang) untuk berjaga-jaga (dari serangan musuh) ketika berperang di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi).

Al-Quran dan hadits banyak mengungkap rahasia orang-orang yang menangis. Bahkan al-Quran mencatat secara khusus pahala orang menangis karena kekhusyu’an pada Allah SWT.

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَا آَمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ

Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur’an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri). seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur’an dan kenabian Muhammad ﷺ).” (QS:Al Ma’idah [5] : 83)

Dalam surat lain, Allah juga berfirman:

وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا

Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (QS: Al-Isra’: 109).

Dalam Tafsir Al-Muyassar (Keluaran Kementerian Agama Saudi Arabia) dijelaskan, makna surat ini adalah mereka menyungkurkan wajah bersujud kepada Allah sembari menangis dalam keadaan khusyu’, dan pendengaran bacaan Al-Qur`ān serta pemahaman mereka terhadap makna kandungannya semakin membuat mereka tunduk dan takut kepada Allah.

Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir menyatakan bahwa mereka yang menyungkur sambil menangis adalah orang-orang yang merendahkan diri di hadapan Allah SWT dengan keimanan yang paripurna. Mereka yang senantiasa beriman dan ada dalam keselamatan akidah yang lurus.

Maka berbahagialah Anda yang menangis karena khusu’ dan karena tanda-tanda kebesaran Allah.

Referensi: Hidayatullah

Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih