Yang Menyengsarakan itu Gaya Hidup, bukan Semata Biaya Hidup
Dulu, ketika kuliah, saya pernah "ngefans" dengan sebuah kalimat dari Mahatma Ghandi. Kalimatnya ringkas namun bernas. Kalimat tersebut berbunyi, "High thinking, plain living". Kalau diterjemahkan, kira-kira artinya adalah " Berfikir tinggi, Hidup tetap sederhana.
Nah ini menarik berbicara mengenai gaya hidup. Secara empiris, kita mengenal 4 macam gaya hidup dan taraf berfikir manusia. Yang secara garis besarnya adalah :
1. Manusia yang tinggi taraf berpikirnya, dan tinggi pula gaya hidupnya
2. Manusia yang tinggi taraf berpikirnya, namun sederhana gaya hidupnya
3. Manusia yang rendah taraf berpikirnya, namun tinggi gaya hidupnya
4. Manusia yang rendah taraf berpikirnya, dan sederhana gaya hidupnya.
Dari ke empat hal di atas, secara ideal kita akan memilih tipe yang kedua, yaitu yang taraf berpikirnya tinggi namun dalam hal gaya hidup, tetap sederhana.
Justru karena kemampuan berpikirnya yang tinggi, ia bisa memilah mana yang lebih prioritas, mana yang bisa dikesampingkan. Mana yang lebih bermanfaat bagi dirinya dan manusia lainnya, mana yang akan berakhir dengan kesia-siaan.
Kemampuan memilah inilah yang akan mengantarkan manusia tipe ini ke taraf ideal. Bukti nyata keteladanan tipe ini adalah panutan kita, Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam. Kesederhanaan beliau dalam gaya hidup, yang akhirnya dicontoh oleh para sahabatnya, tak menghalanginya untuk mencapai derajat tertinggi kemanusiaan.
Apa yang paling menyengsarakan dalam hidup ini?
Guru kita, KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) memberikan jawaban atas pertanyaan ini. Beliau mengatakan, "Yang paling menyengsarakan itu bukan semata biaya hidup melainkan GAYA HIDUP."
Kembali ke tipe manusia di atas, manusia yang berada di tipe yang ketiga, taraf berfikir rendah namun gaya hidup tinggi.
Manusia jenis ini akan mudah terbawa arus. Ia akan mudah mengikuti gaya hidup negatif orang-orang di sekitarnya. Kemampuan berpikirnya yang rendah tidak mampu menyusun prioritas hidup. Akhirnya, kehidupannya akan sangat terbebani.
Ditambah misal, penghasilannya yang rendah pula, sementara gaya hidup tinggi. Akibatnya bukan kesenangan yang didapat melainkan penderitaan demi penderitaan yang mampir dalam kehidupannya.
Bagaimana jika sudah terlanjur gaya hidup tinggi tapi berazam untuk berubah?
Untuk memperkuat keinginan untuk berubah, ada baiknya memperhatikan hal berikut :
Pertama, Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wassalam pernah menegaskan, "kami adalah kaum yang makan hanya ketika lapar dan berhenti makan sebelum kenyang".
Ini salah satu bentuk kesederhanaan dalam hal makan. Dalam kesehariannya, beliau tidak pernah mencela makanan yang dihidangkan. Dan juga senantiasa menyantap jamuan, walaupun hanya lakunya cuka.
Kedua, Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam pernah menegaskan, "ketahuilah, sederhana dalam berpakaian adalah sebagian dari iman", sampai diulang 3 kali.
Ini mengandung pengertian, bahwa betapa pentingnya kesederhanaan dalam berpakaian. Tidak terbawa arus perkembangan model yang kebanyakan jauh dari ketentuan syariah.
Dua contoh di atas, sedikitnya memberikan gambaran, kehidupan dengan penuh kesederhanaan, akan jauh lebih tenang dibanding tingginya gaya hidup yang tanpa disertai pengendalian diri yang optimal.
Jadi, yang menyengsarakan itu bukan semata biaya hidup, melainkan GAYA HIDUP.
Selamat memperbaiki diri,
www.abufadli.com
1. Manusia yang tinggi taraf berpikirnya, dan tinggi pula gaya hidupnya
2. Manusia yang tinggi taraf berpikirnya, namun sederhana gaya hidupnya
3. Manusia yang rendah taraf berpikirnya, namun tinggi gaya hidupnya
4. Manusia yang rendah taraf berpikirnya, dan sederhana gaya hidupnya.
Dari ke empat hal di atas, secara ideal kita akan memilih tipe yang kedua, yaitu yang taraf berpikirnya tinggi namun dalam hal gaya hidup, tetap sederhana.
Justru karena kemampuan berpikirnya yang tinggi, ia bisa memilah mana yang lebih prioritas, mana yang bisa dikesampingkan. Mana yang lebih bermanfaat bagi dirinya dan manusia lainnya, mana yang akan berakhir dengan kesia-siaan.
Kemampuan memilah inilah yang akan mengantarkan manusia tipe ini ke taraf ideal. Bukti nyata keteladanan tipe ini adalah panutan kita, Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam. Kesederhanaan beliau dalam gaya hidup, yang akhirnya dicontoh oleh para sahabatnya, tak menghalanginya untuk mencapai derajat tertinggi kemanusiaan.
Apa yang paling menyengsarakan dalam hidup ini?
Guru kita, KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) memberikan jawaban atas pertanyaan ini. Beliau mengatakan, "Yang paling menyengsarakan itu bukan semata biaya hidup melainkan GAYA HIDUP."
Kembali ke tipe manusia di atas, manusia yang berada di tipe yang ketiga, taraf berfikir rendah namun gaya hidup tinggi.
Manusia jenis ini akan mudah terbawa arus. Ia akan mudah mengikuti gaya hidup negatif orang-orang di sekitarnya. Kemampuan berpikirnya yang rendah tidak mampu menyusun prioritas hidup. Akhirnya, kehidupannya akan sangat terbebani.
Ditambah misal, penghasilannya yang rendah pula, sementara gaya hidup tinggi. Akibatnya bukan kesenangan yang didapat melainkan penderitaan demi penderitaan yang mampir dalam kehidupannya.
Bagaimana jika sudah terlanjur gaya hidup tinggi tapi berazam untuk berubah?
Untuk memperkuat keinginan untuk berubah, ada baiknya memperhatikan hal berikut :
Pertama, Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wassalam pernah menegaskan, "kami adalah kaum yang makan hanya ketika lapar dan berhenti makan sebelum kenyang".
Ini salah satu bentuk kesederhanaan dalam hal makan. Dalam kesehariannya, beliau tidak pernah mencela makanan yang dihidangkan. Dan juga senantiasa menyantap jamuan, walaupun hanya lakunya cuka.
Kedua, Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam pernah menegaskan, "ketahuilah, sederhana dalam berpakaian adalah sebagian dari iman", sampai diulang 3 kali.
Ini mengandung pengertian, bahwa betapa pentingnya kesederhanaan dalam berpakaian. Tidak terbawa arus perkembangan model yang kebanyakan jauh dari ketentuan syariah.
Dua contoh di atas, sedikitnya memberikan gambaran, kehidupan dengan penuh kesederhanaan, akan jauh lebih tenang dibanding tingginya gaya hidup yang tanpa disertai pengendalian diri yang optimal.
Jadi, yang menyengsarakan itu bukan semata biaya hidup, melainkan GAYA HIDUP.
Selamat memperbaiki diri,
www.abufadli.com