The Real Men Buy Everything Without Riba

Ketika pagi jalan-jalan bersama istri di seputar komplek perumahan, di sebuah rumah ada yang menarik. Sebuah mobil di kaca belakangnya tertulis kalimat, "The Real Men Buy Everything Without Riba". Kira-kira artinya, lelaki sejati membeli segala sesuatu tanpa riba. Wah kereen ini kalimat. Tapi mesti kita fahami, membeli sesuatu dengan "mencicil" tidak identik dengan riba. Ada pembahasan khusus mengenai kategori riba.

Masalah riba ini tetap menarik dibahas, tak pernah basi dan selalu ada di tiap generasi, yang peduli dan yang antipati. Peduli untuk mengedukasi masyarakat tentang hakikat riba, contok prakteknya di kehidupan, dan bahaya besarnya bagi perjalanan hidup manusia, bahkan ketika hidup setelah matinya. Yang antipati, dengan selalu mencari dalih pembenaran dari setiap praktek riba yang ia lakukan.`

Pemahaman yang kokoh mengenai sistem ekonomi dalam Islam, akan menghindarkan seseorang terjebak dari praktek riba. Islam begitu ketat memberikan aturan dalam perekonomian agar umat Islam bisa menghindar dari dosa riba, yang dosa terkecilnya saja sama dengan menzinahi ibu kandung sendiri.

Beberapa kesamaran  praktek ribawi di masyarakat

Praktek 1
Seorang ahli agama, membangun sekolah yang bernuansa Islami, dengan program unggulan yang luar biasa. Modal pembelian lahan dan pembangunan gedung-gedungnya, didapatkan dengan cara meminjam ke salah satu bank dengan agunan rumah yang ia tempati. Jelas ini praktek riba.

Catatanku :
Membangun kemajuan Islam adalah langkah mulia. Namun dimodali dengan uang riba, adalah sebuah dosa besar.

Praktek 2
Sebuah koperasi simpan pinjam tetap berjalan, walau selalu ada "pencerahan" hal-ihwal riba dari yang berkompeten dalam agama. Koperasi itu, hampir tiap bulan uangnya dipinjam sebagai dana talangan membayar gaji karyawan. Juga, para anggota menjadikan koperasi ini batu "sandaran" ketika ada keperluan dana mendadak.

Catatanku :
Membantu sesama adalah amal mulia, memberikan pinjaman adalah keutamaan. Namun jika semua itu "dengan syarat", yaitu ada "jasa" sekian persen dalam pengembaliannya, maka itu juga termasuk kategori riba.


Praktek 3
Seorang pengusaha industri rumah tangga, meminjam modal usaha ke salah satu bank syari'ah. Tiap bulan mencicil pembayarannya dengan disertai persentase jasa. Katanya, ini adalah ikhtiar menghidupi rumah tangga.

Catatan:
Memberi nafkah kepada keluarga merupakan sedekah paling utama, sebuah amal mulia. Namun meminjam modal usaha untuk keperluan menafkahi tersebut, berasal dari akad riba, maka tetap menjadi dosa.

Adakah kebaikan dari larangan riba?

Allah sudah jelas mengharamkan riba dan menghalalkan jual beli. Allah juga menyatakan akan menghancurkan harta yang ribawi, dan sebaliknya Allah akan menumbuhsuburkan harta yang didapat dari yang halal.

Dalam keseharian, saya banyak melihat pengusaha-pengusaha yang senantiasa "akrab" dengan pinjaman bank. Usahanya berkembang pesat kemudian hancur. Mungkin ini salah satu bukti dari sinyalemen Allah dalam Al Quran.

Banyak ulama yang membahas kenapa riba itu diharamkan. Walaupun kita tahu bahwa apapun yang menjadi perintah Allah dan Rasul-Nya, pastilah mengandung kebaikan. Begitu pula sebaliknya, apapun yang dilarang Allah dan Rasul-Nya, pastilah mengandung mudharat. Dan Allah melarang manusia mengerjakan muamalah secara ribawi, pastilah banyak keburukan di dalamnya.

Akibat Riba
Yang saya difahami dari dalil-dalil yang ada, pelaku riba akan mendapat setidaknya 4 kesengsaraan, baik di dunia maupun di akhirat. 4 akibat berbuat riba itu adalah :

1. Di dunia : ditantang perang oleh Allah dan Rasul-Nya. Adakah kemungkinan untuk menang?

2. Di alam kubur : ia akan berenang di sungai darah. Setiap ia menepi, ia akan dilempari batu oleh malaikat. Sanggupkah bila itu terjadi?

3. Di padang makhsyar : ketika dibangkitkan, ia akan berjalan sempoyongan di kala orang lain berjalan normal. Saat  manusia sibuk dengan urusan dirinya dipenuhi ketakutan yang sangat, saat tidak ada naungan yang menyejukkan, ia berjalan sempoyongan seperti yang keras ikan. Na'udzubillahi min dzalik.

4. Di akhirat : pemakan harta haram, tempatnya di neraka. Dan riba, adalah salah satu  pintu keharuman.

Jadi, solusinya bagaimana?
1. Pelajari hal-ihwal riba dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan. 

2. Jika faham, hentikan segera praktek riba, sebagaimana perintah Allah dalam Al Quran.

3. Pupuk keyakinan, Allah-lah pemberi rizki. Ketika kita berusaha membersihkan diri dari hal ribawi, selain keberkahan, Allah pun akan memberikan ketenangan bagi kita dalam menjalani kehidupan.

4. Hilangkan keyakinan, " kalau ga pinjam uang ke bank atau koperasi, kita ga bakal punya apa-apa". Pasti ada jalan, Allah al-Musta'an.

Khotimah
Jika kita ber'azzam untuk lepas dari belenggu riba, dan berupaya mujahaddah dalam prakteknya, maka layaklah kita berucap, " The Real Men Buy Everything without Riba". Barokallohu fiikum.
Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih