Rindu Majalah Islam SABILI, Rindu Suara Kebenaran

Hingga tahun 2010, majalah Islam Sabili menjadi primadona pembaca. Ini dibuktikan, salah satunya dengan oplah yang mencapai ratusan ribu eksemplar tiap terbit. Pada masa itu, majalah Sabili menjadi satu-satunya majalah Islam yang mampu bertahan di tengah derasnya media mainstream yang menguasai pangsa pasar muslim.

Faktor penyebab kesetiaan pembaca SABILI
Sebenarnya apa yang menjadikan majalah Sabili mampu menjadi majalah andalan sekaligus kebanggaan kaum muslim?

Ini tentu subjektif, berdasarkan apa yang saya alami dan rasakan. Setidaknya ada 3 alasan utama loyalitas pembaca terhadap majalah ini:

1. Kejelasan visi
Maksudnya, majalah Sabili menempatkan dirinya dalam visi membela Islam, benar-benar membela Islam. Tidak abu-abu. Terbaca dari konten-kontennya yang tetap menyuarakan kebenaran Islam.

2. Kejelasan Posisi
Penerbitan media massa erat kaitannya dengan bisnis, itu tak dipungkiri. Karena hal inilah tak jarang media massa terbawa arus sehingga idealismenya tergerus. Bagaimana dengan majalah Sabili? It's business, ya. Namun yang saya amati, majalah ini tetap dalam posisinya dan idealisme memihak kepada Islam, walau tak jarang bersinggungan dengan kebijakan pemerintah.

3. Kejelasan segmentasi
Sedari awal majalah Sabili target segmentasinya adalah kaum muslim terdidik. Padahal notabene kita faham, kaum muslim terdidik itu jumlahnya sedikit. Namun Sabili tetap dalam segmentasi ini.

Kejelasan visi, posisi, dan segmentasi, adalah modal utama majalah Sabili mengarungi kancah persaingan penerbitan pers.

Apa kabar Majalah Sabili?
Sayang sekali majalah kebanggaan umat Islam ini sekarang tinggal namanya. Tahun 2012 silam, Sabili tutup usia. Walau di tahun berikutnya ada usaha menerbitkan kembali dengan nama baru, Sabili Bangkit. Namun ini tidak mampu mengangkat pamor majalah Sabili seperti sebelumnya.

Mengapa Majalah Sabili bisa gulung tikar?
Selain masalah persaingan dengan sesama media cetak, Sabili juga harus menghadapi hal-hal berikut:
1. Maraknya penggunaan media sosial dan online, yang secara otomatis sedikit demi sedikit meninggalkan media cetak. Problem Ini dialami hampir semua penerbitan.
2. Ketidaksukaan kaum kafir dan pihak-pihak Islampobia atas pemberitaan dan artikel-artikel yang dimuat Sabili, yang menyuarakan Islam, yang menurut mereka mengancam kepentingan "penjajahan"mereka atas kaum muslim.

Ketidaksukaan ini mengantar mereka untuk menjalankan aneka trik untuk menghancurkan Sabili. Dan ini terjadi.

Begitulah, kaum kufur tidak suka jika kaum muslim tercerahkan pemikirannya dengan Islam. Mereka akan melancarkan segala cara dan tipu daya untuk menghentikannya. Ini demi kepentingan mereka.

Rindu Majalah SABILI, Rindu Suara Kebenaran. Akankah ada lagi media yang serupa ini? In syaa Allah.
Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih