2 Hal Menarik Ketika Nginep Lagi di Hotel Delaga Biru


Kalau disebut, Hotel Delaga Biru, para guru umumnya langsung mengaitkan dengan diklat atau bimtek. Ya memang hotel yang berada di Kecamatan Pacet Cianjur ini menjadi langganan tetap penyelenggaraan kegiatan pelatihan guru. Baik penyelenggaranya dari Kemdikbud, maupun Kemenag.aawa

Alhamdulillah, nginep lagi di Hotel Delaga Biru. Hajatan kali ini bertajuk Bimbingan Teknis Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi Guru PAI SD/SMP/SMA/SMK, bidang Pedagogik 3.  Digelar di Hotel Delaga Biru, 19-21 Agustus 2019, dan dibuka langsung oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cianjur.

Saya tak akan membicarakan tentang isi dari bimtek ini. Semuanya hal normatif, yang memang skill harus dikuasai seorang guru, apalagi sekarang statusnya, meningkat, GURU PROFESIONAL.

Setidaknya ada 2 hal menarik bagi saya selama mengikuti bimbingan teknis ini, baik yang ada hubungannya dengan bimtek, maupun yang tidak ada kaitannya sama sekali. Suka-suka aja ya...hehehe...

Pertama, gelar mesti sesuai dengan kapabilitas.

Misal, salah seorang pemateri, Bu Siti Nailah Butsiani. Beliau bergelar, "master trainer" dalam kegiatan bimtek pedagogik ini.

Nyatanya, gelar yang dimiliki beliau memang sebanding dengan tingkat kemampuannya dalam memberikan materi training.

Bila kita tarik ke ranah yang ada di permanent system, atau masyarakat. Misal seseorang digelari predikat "USTADZ", maka selayaknya pola fikir dan pola sikapnya harus mencerminkan seorang ustadz.

Ketika dihadapkan pada situasi kebiasaan atau adat yang tidak sesuai syariat Islam di satu sisi, dan aturan Islam di sisi lainnya, seorang USTADZ yang notabene lebih faham akan Islam semestinya memilih aturan Islam dibanding adat kebiasaan. Resiko memang ada. Dibenci masyarakat kah, dipersekusi kah, dimarginalkan kah. 

Bila seorang USTADZ memilih tsiqoh dengan Islam, lebih memilih untuk membela Islam, ini baru bener. Gelar kehormatannya sebagai USTAD, sebanding dengan kapabilitasnya. Barakallahu lakum, semoga Allah SWT memberikan keberkahan hidup bagi ustadz yang seperti ini. Bukan sebaliknya, malahan lebih cenderung membela selain Islam dan giat menentang dakwah Islam, termasuk simbol-simbolnya.

Kedua, jadikan literasi sebagai asupan bergizi

Jika seseorang budaya literasinya kuat tertanam maka akan terpancar kecerdasan dan juga kemampuan mengendalikan dirinya. Serangkaian keilmuan dan wawasan yang diperoleh dari aktivitas membaca (literasi) akan menjadi amunisi untuk mengekplorasi segala potensi dalam diri.

Saya teringat, 3 tahun lalu membeli buku berjudul " Menjadi Guru Tangguh Berhati Cahaya". Langsung dari pengarangnya, Pak Wijaya Kusumah, M.Pd. Beliau seorang guru di SMP Labschool Jakarta. Sambil rehat usai sesi kegiatan di Delaga Biru, saya sempatkan membaca ulang buku tersebut.

Isinya, tentang LITERASI semua, dalam arti yang lebih luas. Literasi yang mencakup aktivitas membaca juga menulis. Semakin sering dan intensifnya keduanya dilakukan, semakin terasah segala kemampuan. Ada jargon bagus dari Omjay (sebutan tren Wijaya Kusumah), "Menulislah setiap hari, dan perhatikan apa yang akan terjadi". 

Dan apa yang terjadi? Omjay, berbekal budaya literasi, menjadi penulis buku handal.

Sahabat saya, Ustadz Irfan Abu Naveed al-Atsari, M.Pd.I juga menjadi seorang dosen, pembicara, penceramah, dan penulis buku-buku tsaqafah keislaman yang mumpuni. Ini juga buah dari literasi.

Khotimah
Kedua hal ini semuanya berkaitan. Bimtek di Hotel Delaga Biru ini, desain akhirnya ingin membentuk guru yang profesional. Bagaimana menjadi guru profesional?

Menjadi guru profesional bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

1. Menyadari dengan sepenuh hati akan posisi dan jabatan seorang guru. Bagaimana seharusnya guru itu berfikir dan bersikap. Semua ini akan teraplikasikan, jika, sekali lagi guru itu sering muhasabah alias introspeksi.

2. Membudayakan literasi. Guru dituntut banyak belajar dan belajar. Dunia bergerak cepat, dinamikanya pun sama. Jika guru tidak meng-upgrade kemampuannya, akan tertinggal.

Demikian catatan sederhana ini, semoga menjadi sebuah inspirasi dan motivasi bagi kita semua, untuk menjadi pribadi hebat.

Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih