Cara Kreatif Mengembangkan Literasi


Di satu sudut kemegahan Alun-alun Cianjur, tepatnya di sebelah timur taman, ada sebuah pemandangan menarik. Berdiri di bawah awning, sebuah stand yang bertuliskan "KOLECER". Penasaran, saya mendekat dan sedikit bincang-bincang dengan seorang akhwat penjaga boot stand tersebut. Ternyata, KOLECER ini kependekkan dari " Kotak Literasi Cerdas".

Di boot stand ini para pengunjung bebas meminjam dan membaca aneka buku yang disediakan. Syaratnya, menyerahkan kartu identitas sebagai jaminan, dan membaca bukunya harus di areal Alun-alun Cianjur. Wah..saya pikir ini salah satu cara kreatif untuk menumbuhkembangkan budaya literasi bagi masyarakat, yang sepertinya masih rendah.

Ada 2 kata yang saya garis bawahi, LITERASI dan CERDAS. Keduanya saling berkaitan, dan tidak bisa dipisahkan. Lalu apa sebenarnya literasi itu?

Pengertian Literasi

Menurut Wikipedia, Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.

Dari pengertian literasi di atas, setidaknya ada 5 kemampuan yang dihasilkan dari proses literasi, yaitu :
1. Kemampuan membaca
2. Kemampuan menulis
3. Kemampuan berbicara
4. Kemampuan menghitung
5. Kemampuan memecahkan masalah ( pada tingkat keahlian tertentu)

Pengertian Cerdas

Menurut Gregory ( sumber asli bisa dibaca DI SINI), kecerdasan adalah kemampuan atau keterampilan untuk memecahkan masalah atau menciptakan produk yang bernilai dalam satu atau lebih bangunan budaya tertentu.

Maka, dari dua pengertian ini ( pengertian literasi dan cerdas ), ada benang merah yang bisa kita ambil, bahwa tujuan literasi, salah satunya, adalah agar seseorang dengan serangkaian proses yang dijalani, mencapai tahap "mampu memecahkan masalah" dalam level tertentu kehidupan. Dan kemampuan seseorang menjadi "problem solver", itulah yang dikatakan cerdas. Literasi membuat seseorang menjadi cerdas.

Sasaran Literasi

Mengingat peringkat literasi Indonesia ada di posisi ke-60 dari 61 negara di dunia, maka literasi menjadi sangat penting bagi bangsa ini. Sasaran literasi bukan hanya anak sekolah, mahasiswa, guru/dosen, masyarakat umum, tapi juga para pejabat. 

Tingkat literasi pejabat banyak yang rendah. Hari-hari ini kita disuguhkan dengan "kebodohan" ataupun "kedunguan" sikap dan kata-kata para pejabat. Ini menandakan level literasinya sangat minim. Misal, yang lagi hangat, ucapan seorang pejabat, yang mengatakan, " Musuh terbesar Pancasila adalah agama....". Lho koq bisa sesuatu yang mengandung kata Ketuhanan Yang Maha Esa, kok bertentangan dengan Pancasila. Dari sini saja kita bisa mengukur kemampuan literasi seseorang.

Literasi dan Hati

Ini sesi terakhir postingan ini, Literasi dan Hati. Maksudnya? Kemampuan literasi seseorang dalam semua aspeknya, tetap harus dibarengi dengan keluasan dan kejernihan hati. Seseorang yang tercerdaskan dengan literasi, akan bisa berbicara dan bersikap yang selain mengandalkan kognisi, tapi juga hati.

Kecerdasan intelektual, seperti yang sering dipertontonkan oleh bapak-bapak penguasa, jika tidak dibarengi kejernihan hati, ujungnya melukai. Kecerdasan intelektual yang tidak dibarengi kejernihan hati, ujungnya korupsi, persekusi, dan i-i yang lain. Wallahu a'lam.

Cara mengembangkan literasi

Ada beberapa cara yang dilaksanakan untuk menumbuhkembangkan budaya literasi, antara lain yang dirilis oleh Educenter :
1. Tumbuhkan kesadaran pentingnya membaca
2. Budayakan membaca di sekolah
3. Optimalkan peran perpustakaan
4. Biasakan memberi hadiah berupa buku
5. Membentuk komunitas baca
6. Membiasakan menulis buku harian
7. Hargai karya tulis

Dan tentunya banyak cara agar budaya literasi ini berkembang dan mendapatkan hasil yang optimal.
Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih