Karena Kita Bukan Superman

Bagaikan sebuah bangunan, terdiri dari aneka bahan, yang semuanya berbeda, semuanya memiliki kekhasan. Ada batu bata, pasir, semen, dan air. Masing-masing memiliki karakter berbeda, namun saling menguatkan saling melengkapi. Begitulah kita, kaum mukminin seharusnya.
Tak ada yang bisa berdiri sendiri, tak ada yang mampu memenuhi segala keperluannya sendiri. Semua saling membutuhkan, bahkan untuk hal terkecil sekalipun. Bahkan, untuk tersenyum pun kita butuh teman. Tak terbayang kan, jika kita tersenyum sendiri tanpa ada teman di hadapan? 
Sebuah tulisan inspiratif, " Karena Kita Bukan Superman"

Tak ada satupun diantara kita yang bisa segalanya, sebab Allah perintahkan kita untuk bersaudara, karenanya Allah berikan kelebihan masing-masing kita
Bukan tak sabar tapi cermat, bukan pemarah tapi tegas, bukan terburu-buru tapi berlekas. Sebab semua potensi dakwah. Kelemahanku adalah kelebihan saudaraku

Tapi diantara kita banyak yang sibuk menyelami pemikiran sendiri sambil menghakimi yang lain. Keras pada orang lain dan lunak penuh alasan pada diri sendiri
Kita bukan superman, yang datang dari planet lain, tak perlu kawan untuk menang, lebih baik kalah dari bersama. Kita hanya manusia, yang penuh kelemahan
Kita bukan superman, walau kita memiliki perjalanan dan kisah yang lebih panjang dari superman. Kita makhluk yang mudah terluka, karenanya kita belajar merasa
Kita bukan superman, kita tak menyembunyikan kekuatan, tapi justru menampakkannya untuk saling bahu-membahu, menjadi pendukung sahabat kita dalam kebaikan
Kita bukan superman, tapi kita diajari mulianya perngorbanan, kita dididik tentang menginjak-injak gengsi diri demi tegaknya kemuliaan Islam dan kaum Muslim
Allah membagi tugas pada kita sebagaimana Allah membagi rezeki. Ada yang terlihat manusia lebih banyak, dan ada yang masyhur di kalangan penduduk langit
Kita tidak penting, yang membuat kita menjadi berarti adalah kepentingan yang sama, melakukan sesuatu untuk Islam, menampakkan kebaikan agama Allah
Kita bukan superman, kita perlu berdoa dan perlu didoakan. Kita hanya manusia biasa, yang berusaha hidup di jalan ketaatan dan berharap mati di jalan yang sama

=======
Ah..hidup ini terlalu singkat untuk mengurusi hal remeh temeh yang justru seringnya mengorbankan orientasi hidup. Maka selayaknya kita belajar memilah dan memilah, mana yang harus mendapat perhatian, mana yang bisa kita diamkan. Maka sewajarnya kita belajar, berfokus pada sesuatu yang akan menjadi investasi hakiki, investasi abadi di alam akhirat nanti.

Selamat menempa diri!
(www.abufadli.com)

Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih