Sebuah Cerita dari Ruang Kenanga RSUD Kelas B Sayang Cianjur

Ketika menemani ibu berhari-hari menjalani pengobatan di Ruang Kenanga RSUD Sayang Cianjur, ada cerita menarik yang begitu menggelitik.

Bukan soal pelayanan, karena semuanya standar. Tapi soal lain.

Seorang pasien tetangga ranjang, bapak paruh baya, jatuh dari ketinggian 4 meter. Dan, akibatnya, selain ada gangguan pada tulang, juga ada pendarahan di paru-paru.

Medis melakukan operasi dan memasukkan selang ke bagian dalam untuk mengeluarkan darah.

Selain itu, untuk melatih kenormalan paru, si bapak disuruh meniup balon secara berkala. Dan, justru ini cerita menariknya.

Terapi meniup balon ini menjadi hiburan tersendiri bagi si bapak, dan juga gelak tawa seisi ruang yang dihuni 10 pasien.

Hanya dengan "hiburan" seperti itu, mampu menghidupkan suasana, mengakrabkan sesama yang sakit dan penunggu pasien, dan celah untuk berbahagia.

Ternyata, bahagia itu sederhana kawan!

Yang saya fikirkan waktu itu:

1. Dalam kondisi sakitpun, tetap ada sisi yang harus disyukuri. Ada sisi yang membuat kita masih bisa tersenyum, ada sisi yang membuat kita bahagia.

2. Rasa Sakit, duka, sedih, adalah tamu dalam kehidupan, sebagaimana rasa senang, gembira, dan suka. Keyakinan bahwa semua datang dari Allah, bahwa semua adalah sarana untuk mengukur sabar dan syukur, akan membuat kita tabah dan tersenyum.

Yah begitulah cerita singkat, yang saya tulis melalui HP Nokia 216, sebuah fragmen kecil di Ruang Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sayang Cianjur. Selain sambil mengisi waktu menunggu ibu, juga mudah-mudahan menjadi bahan renungan bagi kita atas segala kenikmatan yang Allah Ta'ala beri.

Sekilas tentang RSUD Sayang Cianjur


Sejarah perkembangan RSUD Sayang Kabupaten Cianjur dimulai pada tahun 1924 yang dibangun di lokasi Sayang Semper yang diperuntukan bagi para tahanan tentara Belanda.

Selanjutnya pada tahun 1955 dibangun Rumah Sakit di daerah Warung Jambe dengan nama Rumah Sakit Warung Jambe yang menyediakan fasilitas untuk pelayanan rawat inap.

Lima tahun kemudian tepatnya pada tahun 1960, Rumah Sakit Warung Jambe berubah fungsi menjadi Dinas Kesehatan Kota (DKK), dan semua kegiatan Rumah Sakit Warung Jambe di pindahkan ke Rumah Sakit Sayang Semper. Pada tahun 1974 dibangun sebuah Rumah Sakit di daerah Jalan Dr. Muardi (lokasi Rumah Sakit sekarang).

Baca juga : Jadwal Lengkap Praktek Dokter RS Dr. Hafiz (RSDH) Cianjur

Tahun 1979 hingga tahun 1982 semua kegiatan Rumah Sakit Sayang Semper dipindahkan secara bertahap ke Rumah Sakit yang ada pada Jalan Dr. Muardi.

Barulah pada tanggal 21 Januari 1984 Rumah Sakit di lokasi Jalan Dr. Muardi tersebut diresmikan sebagai Rumah Sakit tipe C dengan nama Rumah Sakit Umum Kabupaten Cianjur dengan alamat baru yaitu Jalan Rumah Sakit No. 1.

Pada tahun 1998 RSU Kabupaten Cianjur lulus Akreditasi Rumah Sakit untuk 5 kegiatan pelayanan kesehatan dasar, dan pada tahun 1999 berdasarkan Peraturan Daerah nomor 16 tahun 1999, Rumah Sakit Umum Kabupaten Cianjur ditetapkan sebagai Swadana Daerah dan berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Cianjur.

Selanjutnya tahun 2002 RSUD Kabupaten Cianjur lulus Akreditasi Rumah Sakit untuk 12 Pelayanan Kesehatan Lanjutan, serta pada tahun 2004 RSUD Kabupaten Cianjur ditetapkan sebagai Rumah Sakit Tipe B Non Pendidikan dengan jumlah tempat tidur 176 buah.

Hingga saat ini RSUD Cianjur mempunyai 18 Poliklinik Rawat Jalan dan 15 Ruang PerawatanRawat Inap serta 3 Ruang perawatan penunjang Medik.

Pada tahun 2008 berdasarkan Perda Nomor 7 Tahun 2008 berubah nama menjadi RSUD Kelas B Cianjur dan pada tahun 2010 telah terakreditasi penuh dengan 16 pelayanan dan menjadi juara 1 RSSIB tingkat nasional. (RSUD Sayang Cianjur)
Sumber gambar : garnesia.com
Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih