Hujan Kemarin, Sebuah Antologi Cerpen Remaja, Karya Alumni SMAN 1 Mande Salah satunya
Menulis, sebuah aktivitas yang menyenangkan bagi pelakunya. Selain mengasah kemampuan menuangkan ide, gagasan, pandangan, opini, curhatan, ataupun apapun dalam bentuk tulisan, juga bisa berbagi informasi dan kemanfaatan bagi sesama.
Dengan menulis pun, seseorang akan dikenang dan dirasakan manfaatnya, jauh melebihi ruang waktu yang dimiliki dirinya. Tengok saja Buya Hamka, secara jasadiyah beliau sudah tiada. Namun kenangannya berupa karya-karya tulisnya masih bisa kita petik manfaatnya. Atau ulama-ulama terdahulu dengan sederet karya-karyanya, hingga kini karya mereka menjadi referensi yang terus tergali kemanfaatannya.
Gairah menulis di kalangan remaja pun, mulai menggeliat. Kesemangatan remaja untuk membuat tulisan, harus diapresiasi, didorong, dan diberikan tempat yang semestinya.
Dari sisi remajanya, segala potensi yang dimilikinya, seperti masih segarnya daya fikir, luasnya pergaulan, dan semangat yang masih terjaga, mesti diarahkan kepada sebuah fokus berkarya, salah satunya menulis.
Menuangkan karya dalam bentuk antologi, sebuah langkah yang bagus sekali. Mengumpulkan banyak ide dari banyak orang, dalam sebuah buku, akan menambah kekayaan wawasan bagi yang membacanya.
Salah satu karya antologi cerpen remaja yang mesti kita apresiasi, salah satunya buku yang berjudul " Hujan Kemarin". Buku yang diterbitkan oleh Pustaka Tunggal ini memuat 21 karya remaja berbentuk cerpen. Walau berbeda-beda view (sudut pandang) dan alur ceritanya, namun ada kesamaan dari segi tema, yaitu "Hujan".
Seperti umumnya gaya remaja, dalam memberikan judulpun, mereka memilih diksi cenderung hiperbolis. Tapi justru itulah daya tarik dari buku ini.
Coba kita tengok judul-judul cerpen yang ada pada buku " Hujan Kemarin".
- Hujan di Penghujung Ufuk (Anatus Solehah, Banyuwangi)
- Memories of Rain ( Awindsari, Bengkulu)
- The Monsuta : Rain in December ( Candra Apriliani, Kebumen)
- Hujan untuk Pelangi ( Channa Chalive,Surakarta)
- Melodi Hujan ( Dharma, Tuban)
- Ada Pelangi Setelah Hujan (Isrotin Chasanah, Jombang)
- Aku Masih Sahabatmu ( Marthen Edison, Kupang)
- Hujanku dan Hujanmu ( Mirna Devi, Bandung)
- Hujan di 22 December (Nur Indah Sari,Cirebon)
- Welcome, Hujan! (Yaya ZRA, Kota Batu)
- The Rain & Me ( Mariah Rosse,Maumere)
- Hujan Mengiringi Kepergianmu Ayah! (Erma, Padang)
- Saat Mengerti (Leo Alexis, Sukabumi)
- Tersenyum di Balik Hujan ( Ineu Desiana )
- Hujan yang kubenci (Misbah Rafif Ibrahim, Magetan)
- Kanda, Hujan datang Lagi (Shaum Phitria, Sulbar)
- Waktu Terbaik dan Kisah Baru (Sri Hayati Ashsiddiq, Indramayu)
- Tangis Rain ( Yollanda, Tasikmalaya)
- Usai Hujan ( Yusrianti,Sulsel)
- Tapak Hujan Menyapa Senja ( Annisa Pramuditha, Cianjur)
- Selepas hujan, Melepas Rindu ( Muhari Aqil Salman,Madura)
Kreativitas harus terus jalan di tengah segala kekurangan dan kelemahan. Beberapa karya masih sedikit lemah dalam pemilihan diksi yang tepat, namun itu hanya awal saja untuk langkah berikutnya menciptakan karya-karya sastra yang mumpuni, bahkan mungkin bisa melebihi Asma Nadia misalnya.
Jadi, ayo remaja, tuangkan ide dan isi hatimu melalui karya sastra!