Materi PAI Kelas 7: Hidup Jadi Lebih Damai dengan Ikhlas, Sabar, dan Pemaaf


Pada umumnya, kita semua dapat lebih sabar, ikhlas, dan menjadi pemaaf di saat kita diuji oleh Allah Swt. dengan berbagai hal yang menyenangkan. Akan tetapi, saat diuji dengan kejadian yang tidak menyenangkan, seperti kesulitan hidup dan kehilangan sesuatu yang kita cintai, maka kebanyakan dari kita akan sulit menerimanya.

Ujian kesulitan, kehilangan, kekurangan, musibah penyakit, atau kemiskinan adalah perkara biasa yang dihadapi oleh manusia selama hidup di dunia ini. Setiap orang pasti memiliki bermacam-macam masalah dan aneka kesulitan. Tingkatan ujian dan masalah itu pun juga berbeda-beda.

Nah, selanjutnya tinggal bagaimana caranya kita mengatasi berbagai masalah dan kesulitan itu. Bagaimana caranya? Kuncinya ada pada keikhlasan hati, kesabaran jiwa, dan pribadi yang pemaaf. Allah Swt. telah mengajarkan ketiga hal ini melalui ayat-ayatnya. Rasulullah juga telah memberikan contoh yang nyata.

Mari Membaca Al-Qur’an


1. Membaca Al-Qur’an

a. Membaca Q.S. an-Nisa/4: 146

b. Membaca Q.S. al-Baqarah/2: 153

C. Membaca Q.S. Ali-Imran/3: 134



2. Memahami Hukum Bacaan Nμn Sukμn/Tanwin)


Apabila ada nμn Sukμn/tanwin berhadapan dengan huruf hijaiyyah, ada empat hukum bacaannya, yaitu idzhar (bacaan jelas), ikhfa (bacaan samar), idgham (bacaan lebur), dan iqlab (bacaan beralih).

Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Izhar, yaitu apabila nμn Sukμn/tanwin berhadapan dengan salah satu dari huruf:


maka nμn Sukμn/tanwin tadi dibaca jelas


(lihat contoh pada tabel).


b. Ikhfa, yaitu apabila nμn Sukμn/tanwin berhadapan dengan salah satu dari huruf



maka nμn Sukμn/tanwin tadi dibaca samar.


c. Idgam, yaitu apabila nμn Sukμn/tanwin berhadapan dengan salah satu dari huruf



maka nμn Sukμn/tanwin tidak dibaca (dilebur ke huruf-huruf tersebut).


d. Iqlab, yaitu apabila nμn Sukμn/tanwin berhadapan dengan huruf: BA maka nμn Sukμn/tanwin dibaca beralih menjadi m.




3. Mengartikan Q.S. an-Nisa/4:146/ Q.S. al-Baqarah/2: 153/ Q.S. Ali-Imran/3: 134

a. Arti Q.S. an-Nisa/4: 146

1) Arti Mufradat (arti kata/kalimat)





2) Arti Q.S. an-Nisa/4: 146


Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar (Q.S. an-Nisa/4: 146)

b. Arti Q.S. al-Baqarah/2: 153

1) Arti Mufradat (arti kata/kalimat)



2) Arti Q.S. al-Baqarah/2: 153

"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar."(Q.S. al- Baqarah/2:153)

c. Arti Q.S. Ali-Imran/3: 134


1) Arti Mufradat (arti kata/kalimat)





2) Arti Q.S. Ali-Imran/3:134

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S. ²li-Imran/3:134)


Mari Memahami Al-Qur’an


1. Kandungan Q.S. an-Nisa/4:146 serta Hadis Terkait

Kandungan Q.S. an-Nisa/4: 146 menjelaskan tentang keikhlasan amal seseorang. Ikhlas merupakan syarat mutlak diterimanya amal. Perhatikan firman Allah Swt. berikut.



Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan ¡alat dan menμnaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Q.S. al-Bayyinah/98:5)


Dari Ibnu Mas’ud r.a, Rasulullah saw.. bersabda: “Tiga hal yang tidak boleh hati seorang mukmin iri terhadapnya: ikhlas dalam beramal, memberi nasihat kepada pemimpin, dan melanggengkan kebersamaan dengan jamaah.” (H.R. Ahmad).

Setiap perbuatan manusia dimulai dari gerak hati atau niatnya. Oleh karena itu, yang harus diluruskan pertama kali agar tercapai derajat mukhlisin adalah niat di dalam hati.

Allah Swt. berfirman:



Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).’ (Q.S. Al-Mukmin/40:14)

Niat yang baik akan menghasilkan perbuatan baik. Begitu pula niat yang ikhlas akan mengantarkan ke perbuatan yang ikhlas pula. Dengan ikhlas, hati kita menjadi tenteram, tidak ada beban yang memberatkan.

2. Kandungan Q.S. al-Baqarah/2:153 serta Hadis Terkait

Kandungan Q.S. al-Baqarah/2:153 menjelaskan orang-orang yang sabar. Sesungguhnya Allah Swt. beserta orang-orang yang sabar. Sabar merupakan pengendali hati untuk selalu Istiqamah dalam berbuat baik. Sayidina Ali bin Abi Thalib mengatakan.


Sabar adalah bagian dari iman,sebagaimana kepala bagian dari tubuh”. 

Sabar bisa diartikan tabah, tahan menderita, ulet, tekun, dan tidak mudah putus asa. Sabar juga bisa berarti menahan, maksudnya adalah menahan diri dari kesusahan yang menimpanya, menahan lisan atau anggota badan dari perkataan dan perbuatan yang tidak baik, serta menahan rasa malas untuk berbuat baik.

Sabar juga berarti menahan diri untuk tidak melampiaskan nafsu angkara murka, mengendalikan lidah untuk tidak berkeluh kesah, dan mengontrol anggota tubuh untuk tidak bertindak anarki.

Orang yang sabar tidak hanya bersikap lapang dada saat menghadapi kesulitan dan musibah, tetapi juga teguh pendirian (Istiqamah) dalam memperjuangkan kebenaran, dan selalu dinamis dan optimistis dalam meraih masa depan yang lebih baik dan bermakna.

Sabar itu ada beberapa macam, antara lain sabar menjalankan perintah Allah Swt., menjauhi kemaksiatan atau meninggalkan larangan Allah Swt., menerima dan menghadapi musibah, menμntut ilmu pengetahuan, serta sabar dalam bekerja dan berkarya.

Kelima bentuk kesabaran tersebut berkaitan erat dengan ketahanan mental spiritual, sehingga kesabaran itu selalu menμntut ketahanan jiwa dan kekayaan mental spiritual yang tangguh.

3. Kandungan Q.S. Ali-Imran/3: 134 serta Hadis Terkait

Kandungan Q.S.Ali-Imran/3 :1 3 4 menjelaskan ciri-ciri orang yang taqwa, yaitu selalu memaafkan orang lain. Rasulullah saw. menganjurkan kepada kita untuk saling memaafkan dan meminta maaf, sebagaimana sabdanya:


“Dari Aisah dari Anas berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sambunglah tali silaturahmi kepada orang yang telah memutuskanmu dan maafkanlah orang-orang yang mendzalimimu“. (H.R. Baihaqi)

Pemaaf berarti orang yang rela memberi maaf kepada orang lain. Sikap pemaaf berarti sikap suka memaafkan kesalahan orang lain tanpa sedikit pun ada rasa benci dan keinginan untuk membalasnya. Dalam bahasa Arab sikap pemaaf disebut al-‘afw yang juga memiliki arti bertambah (berlebih), penghapusan, ampun, atau anugerah.

Setiap manusia pernah melakukan kesalahan. Kesalahan dan kekhilafan adalah fitrah yang melekat pada diri manusia. Rasulullah saw. bersabda “Setiap manusia pernah melakukan kesalahan dan sebaik-baik pelaku kesalahan itu adalah orang yang segera bertobat kepada Allah Swt.”. Ini berarti bahwa manusia yang baik bukan orang yang tidak pernah berbuat salah, karena itu mustahil, kecuali Rasulullah saw. yang ma’shum (senantiasa dalam bimbingan Allah Swt.). Akan tetapi, manusia yang baik adalah manusia yang menyadari kesalahannya dan segera bertobat kepada-Nya.


Perilaku Ikhlas, Sabar, dan Pemaaf


Sebelum menerapkan perilaku ikhlas, sabar, dan pemaaf sebagai penerapan Q.S. an-Nisa/4: 146, Q.S. al-Baqarah/2: 153 dan Q.S. Ali-Imran/3: 134, terlebih dahulu kalian harus membiasakan membaca Al-Qur’an setiap hari, baik yang berkaitan dengan materi di atas maupun yang lainnya.

Berikut ini contoh perilaku sebagai implementasi Q.S. an-Nisa/4: 146, Q.S. al-Baqarah/2: 153 dan Q.S. Ali-Imran/3: 134.

1. Perilaku Ikhlas dalam Kehidupan Sehari-hari

Perilaku ikhlas sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. an-Nisa/4: 146 dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan cara:

a. Gemar melakukan perbuatan terpuji dan tidak dipamerkan kepada orang lain;
b. Ikhlas dalam beribadah, semata-mata karena Allah Swt.;
c. Tidak mengharapkan pujian atau sanjungan dari orang lain;
d. Selalu berhati-hati dalam bertindak atau berperilaku;
e. Tidak pernah membedakan antara amal besar dan amal kecil;
f. Tidak menghitung-hitung apalagi mengungkit-ungkit kebaikan yang pernah diberikan kepada orang lain.

2. Perilaku Sabar dalam Kehidupan Sehari-hari

Perilaku sabar sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. al-Baqarah/2: 153 dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan cara sebagai berikut.

a. Sabar dalam menjalankan perintah Allah Swt., seperti:

1) Ketika mendengar azan segera menuju ke masjid untuk melaksanakan £alat berjamaah;
2) Ketika bel berbunyi segera masuk kelas untuk mengikuti pelajaran;
3) Saat orang tua memanggil, segera menghadap dan menemui agar tidak mengecewakannya.

b. Sabar dalam menjauhi maksiat atau meninggalkan larangan Allah Swt., seperti:

1) Ketika diajak membolos segera menolak dan menghindari teman-teman yang bersekongkol untuk membolos;
2) Saat diajak tawuran segera menolak dan menjauhi teman-teman yang mengajaknya;
3) Tidak cepat marah dan main hakim sendiri.

c. Sabar dalam menerima dan menghadapi musibah, seperti:

1) Ketika terkena musibah sakit tidak mengeluh dan tidak putus asa untuk berusaha mencari obatnya;
2) Ketika terkena musibah tidak mengeluh dan tidak menyalahkan Allah dan orang lain.

3. Perilaku Pemaaf dalam Kehidupan Sehari-hari

Perilaku pemaaf sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. Ali-Imran/3: 134 dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan:

a. Memberikan maaf dengan ikhlas kepada orang yang meminta maaf;
b. Meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat;
c. Tidak memendam rasa benci dan perasaan dendam kepada orang lain.

Setelah kamu dapat membaca dan memahmi isi kandungan Q.S. an-Nisa/4: 146, Q.S. al-Baqarah/2: 153 dan Q.S. Ali-Imran/3: 134 dengan lancar, kamu harus bisa menμnjukkan hafalan Q.S. an-Nisa/4: 146, Q.S. al-Baqarah/2: 153 dan Q.S. Ali-Imran/3: 134 dengan baik dan benar.


Rangkuman


1. Kandungan Q.S. an-Nisa/4: 146 menjelaskan tentang keikhlasan amal seseorang.
2. Kandungan Q.S. al-Baqarah/2: 153 menjelaskan orang-orang yang sabar.
3. Kadungan Q.S. ²li-Imr±n/3: 134 menjelaskan ciri-ciri orang yang selalu memafkan orang lain.
4. Ikhlas artinya perbuatan yang kita lakukan semata-mata karena Allah, tidak ingin dipuji orang lain.
5. Sabar adalah perilaku menahan atau mengendalikan segala emosi. Jika tak terkendali, emosi dapat menjerumuskan ke dalam kesengsaraan.
6. Pemaaf artinya memberi maaf kepada orang yang telah menyakiti atau menzalimi.
7. Ikhlas, sabar, dan pemaaf merupakan perilaku terpuji yang harus bissa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih