Tanya Jawab Tentang Wacana Pembubaran MUI Bersama Ajengan Aef


Menanggapi adanya upaya-upaya untuk membubarkan MUI (Majelis Ulama Indonesia), berbagai ormas Islam dan para tokoh menolaknya dengan keras. Tak ketinggalan, Ajengan Aef, sapaan Ustadz Saefudin Abdul Fatah, salah seorang pimpinan pondok pesantren dan Pengurus MUI Kota Cimahi, juga berkomentar. 

Atas izin beliau melalui WhatsApp, tanya jawab dan sanggahan cerdas dari Ajengan Aef, ditayangkan di blog abufadli.com, dengan tanpa merubah redaksi kalimatnya. Berikut penuturan beliau selengkapnya :

SETUJUKAH ANDA MUI DIBUBARKAN?

Ada sahabat saya mengajukan beberapa pertanyaan terkait wacana pembubaran MUI:

1. Ajengan, sebagai orang MUI apa komentar ajengan tentang santernya suara-suara segelintir orang yang minta MUI dibubarkan karena ada oknum anggotanya yang tersangka teroris?

Saya jawab:

Kalau gara-gara ada oknum MUI yang diduga teroris menjadi alasan logis untuk membubarkan MUI.

Maka harusnya suara yang sama juga harus muncul ketika ada oknum anggota TNI, salahsatunya yaitu Pratu Lukius, yang jadi bagian teroris Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang meneror dan membunuhi banyak aparat dan rakyat sipil.

Kenapa tidak minta TNI dibubarkan?

Begitu juga ketika ada oknum partai yang dengan jahat merampok bansos rakyat, yang sedang menjerit oleh covid.

Kenapa tidak ada suara minta dibubarkan partai itu?

Selanjutnya, Kalau ada yang berargumen, karena eksistensi partai dan TNI itu penting bagi negara!

Apakah MUI juga tidak penting bagi negara dan bagi umat?

Jangan jauh-jauh, yang terdekat saja diingatan kita, ketika masa-masa pandemi, fatwa-fatwa MUI tentang ditiadakan Jum'atan sementara, jaga jarak shaf shalat sementara, mudik idul Fitri, anjuran vaksin dll.

Tidakkah itu upaya luar biasa MUI yang sangat membantu negeri ini Menahan laju wabah covid 19?

2. Punten Ajengan, bagaimana sih rekrutmen pengurus dan anggota MUI bisa sampai ada "penyusup" dari jaringan teroris?

Saya jawab:

Rekrutmen pengurus MUI yang saya ketahui, sebagaimana organisasi-organisasi keulamaan yang lain pertimbangan merekrutnya adalah berdasarkan kiprah keilmuan, kiprah dakwah, karya, kemanfaatan dan ketokohannya ditengah-tengah umat dan biasanya para pengurus di MUI itu juga adalah tokoh-tokoh yang merangkap di organisasi islam lain seperti di NU, di Muhammadiyah, PUI, DDI, Washliyah, Al-Irsyad dll. Dan sebenarnya aktivitas di MUI-nya hanya sebagian kecil dari waktu kiprah beliau-beliau.

Jadi sangat dimaklumi jika ada oknum yang di luar permakluman MUI dia diduga jadi pengurus diorganisasi 'gelap',

toh TNI saja, yang masuk testnya super ketat, keberadaan dan aktivitas anggotanya dipantau 24 jam oleh kesatuannya, ternyata bisa terjadi ada anggotanya yang jadi oknum teroris.

3. Apakah Ajengan menolak pembubaran MUI karena ajengan adalah pengurus MUI?

Bukan, bukan karena saya "orang MUI" saya hanya masih punya fikiran sehat bahwa:

Andai saja oknum anggota pengurus MUI itu terbukti meyakinkan di pengadilan dia terlibat.

Pertanyaannya adalah, JIKA ADA TIKUS DI RUMAH KITA. LANTAS HAL CERDAS YANG KITA LAKUKAN APAKAH HARUS DENGAN MEMBAKAR RUMAH KITA?

Tidak kan?!

Jadi kalau ada orang yang menganjurkan membakar rumah kita karena ada tikusnya, Hati-hati! kemungkinan besar dia ini, kalau tidak bodoh ya dia punya iri, dengki dan agenda jahat.

Logika sama harus dipakai ke MUI, bahwa MUI harus 'bersih-bersih' iya, MUI harus mulai memikirkan mekanisme rekrutmen yang selektif itu penting....

Tapi maaf, jika ada orang yang sangat ambisius untuk membubarkan MUI karena ada oknum, tapi di saat yang sama dia diam kepada entitas, organisasi, partai atau lain yang mempunyai oknum dan kasus yang sama, maka patut dicurigai dia punya agenda jahat untuk umat ini.

Karena kita maklum jika ada musuh-musuh Islam yang gentar dengan MUI, karena MUI adalah Organisasi keulamaan, yang jadi rumah bersama ulama-ulama hebat dari NU, Muhammadiyah, PERSIS, PUI, DDI, Washliyah, Al-Irsyad dll

Yang karenanya, tentu fatwa-fatwanya punya gema dan jangkauan luas, bisa diterima oleh semua kalangan umat Islam, fatwanya bisa lintas madzhab, ormas dan Harakah.

Fatwa-fatwa Muhammadiyah tentu susah (kalau tidak boleh dikatakan tidak mungkin) diterima oleh kalangan NU, fatwa-fatwa NU belum tentu diterima oleh kalangan persis, fatwa persis belum tentu diterima Al-Irsyad dst..

Maka disitulah peran vital MUI yang tidak bisa diwakili ormas islam lainnya.

Dan pemerintah, saya kira bukan hanya mengakui peran vital MUI, tapi juga selama ini selalu bekerja sama dengan MUI.

Walau tentu dengan keindependenan MUI, kadang ada nasehat-nasehat MUI yang 'menyentil' pemerintah, yang saya kira bukan hanya sangat wajar tapi keharusan, dimana ulama selalu menasehati siapa saja..

Singkat kata, dari uraian jawaban saya diatas adalah, jika ada satu, dua oknum anggota MUI yang tidak baik. Maka tidak bolehlah kita menjustifikasi bahwa semua MUI buruk dan jahat yang layak dibubarkan. Cukup kita bersihkan oknumnya, kita kritisi kekurangannya.

Karena faktanya, jauh lebih banyak sekali kebaikan dan kemaslahatan yang diberikan MUI bagi umat dan bangsa ini.

Juga banyak sekali ulama-ulama MUI yang jadi putra-putra terbaik bangsa kita, Salahsatunya, jangan lupa bahwa:

BAPAK WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SAAT INI, PROF. DR. KH. MA'RUF AMIN ADALAH, BUKAN HANYA MANTAN KETUA UMUM MUI, YANG MALANG MELINTANG PULUHAN TAHUN DI MUI, TAPI MASIH "ORANG MUI" SEBAGAI KETUA DEWAN PERTIMBANGAN MUI SAMPAI SAAT INI.

Terimakasih, semoga bermanfaat, salam santun 🙏

Al-Faqir Saefudin Abdul Fattah/Ajengan Aef Cimahi (Pengurus MUI Kota Cimahi)

085221287047
Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih