10 Keistimewaan Sistem Pendidikan berlandaskan Aqidah Islam
Islam, memiliki sistem pendidikan yang unik, khas. Dibangun di atas pondasi yang kokoh dan memiliki konsep yang jelas, sistematis dan sempurna. Berbeda jauh dengan sistem pendidikan Demokrasi saat ini. Sedikit diulas diantaranya sebagai berikut:
Pertama, kurikulum pendidikan Islam berbasis akidah Islam. Oleh karena itu, seluruh input ilmu yang dijadikan bahan ajar dan metode pengajarannya ditetapkan berdasarkan asas tersebut. Tidak boleh ada penyimpangan sedikit pun.
Kedua, strategi pendidikan Islam untuk membentuk pola pikir ('aqliyyah) dan pola kecendrungan jiwa (nafsiyyah) Islam. Maka, seluruh bahan pelajaran disusun berdasarkan strategi tersebut.
Ketiga, tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk kepribadian Islam, membekali masyarakat dengan ilmu pengetahuan dan sains yang berkaitan dengan masalah kehidupan. Tidak diperbolehkan adanya metode yang mengarah pada tujuan lain atau bertentangan dengan tujuan tersebut.
Keempat, waktu pelajaran ilmu-ilmu Islam dan bahasa arab setiap minggunya, memenuhi kebutuhan standar, baik dari segi waktu maupun jumlahnya, sesuai dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain.
Kelima, pengaturan yang mantap atas pengajaran sains dan ilmu terapan, dan tsaqafah Islam.
Keenam, tsaqafah Islam wajib diajarkan pada semua level pendidikan.
Ketujuh, seni dan ketrampilan bisa dikategorikan ilmu terapan dan sains yang mubah untuk dipelajari. Tapi bisa juga termasuk tsaqafah (ilmu yang lahir dari akidah tertentu), jika telah terpengaruh oleh pandangan hidup tertentu. Seperti seni lukis, ukir dan pahat (banyak diminati dunia mistik) yang tak boleh dipelajari jika bertentangan dengan Islam.Kedelapan, program pendidikan apa pun yang berjalan hendaknya diseragamkan dengan program yang telah ditetapkan - negara. Tidak ada larangan mendirikan pendidikan swasta dengan syarat mengikuti kurikulum, strategi dan tujuan pendidikan negara. Dan syarat, sekolah tersebut bukan sekolah asing.
Kesembilan, program wajib belajar berlaku untuk seluruh level sekolah dasar dan menengah. Negara wajib menjamin pendidikan seluruh rakyat dengan gratis. Dan pelajar berkesempatan melanjutkan pendidikan ke level lebih tinggi secara cuma-cuma dengan fasilitas terbaik.
Kesepuluh, negara wajib memfasilitasi pendidikan dengan sarana dan prasarana yang memadai. Dan lain sebagainya.
Terbukti bukan? Islam memang sangat memperhatikan dunia pendidikan! Di sisi lain, Islam pun mendorong umatnya, miskin atau kaya, muda atau tua, untuk menuntut ilmu. Dan diantaranya, wajib dipahami oleh setiap individu (fardhu 'ain).
Hebatnya, Islam pun mewajibkan penguasa untuk mengurusi pendidikan umat. Karena pendidikan dalam pandangan Islam, merupakan kebutuhan asasi, sama halnya dengan kesehatan.
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam dengan pembinaan umat yang dilakoninya (+22 tahun), berhasil meningkatkan taraf berpikir (irtifa' al-fikr) umat. Sehingga segala bentuk kesyirikan, apakah berbentuk penyembahan terhadap berhala (Latta' dan 'Uzza), keyakinan-keyakinan batil, khurafat (thiyarah, tanzim ) berhasil ditenggelamkan.
Bahkan, masyarakat arab jahiliyyah yang terbelakang bangkit menjadi mercusuar peradaban umat manusia.
Pembinaan Islam pun, mampu mencetak kader-kader dakwah yang loyal pada akidah dan syari'at Islam. Tercatat dalam sejarah dunia yang jujur, para ilmuwan muslim yang mendunia, merupakan para ulama yang faqih dalam disiplin ilmu-ilmu syari'at, merekalah hasil nyata sistem pendidikan Islam yang diterapkan Daulah Islam. Oleh karena itu, hanya sistem pendidikan Islam yang mampu membangkitkan umat. .
Coba kita bandingkan dengan dunia pendidikan sistem Demokrasi saat ini? Di tengah himpitan ekonomi Kapitalisme, biaya pendidikan malah kian melambung. Kurikulum pun tak mengacu pada standar Islam, sehingga ada pemahaman-pemahaman yang bertentangan dengan Islam malah diajarkan di sekolah umum sebagai ilmu terapan (untuk diamalkan), dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Perhitungan bunga ribawi dalam bidang studi ekonomi, teori Darwin dalam bidang studi biologi, dan lain sebagainya.
Kenyataannya, kurikulum merupakan garis-garis besar materi pelajaran yang akan diberikan pada pelajar (input). Apabila kurikulum tak berbasis akidah Islam, maka cenderung menghasilkan (output) generasi yang lemah pemahaman terhadap Islam. Akibatnya?
Syaikh 'Abd al-'Azhim ais menegaskan, "Kebodohan dalam hal agama ini bisa berdampak menutupi pintu keilmuan secara keseluruhan." Maka tak mengherankan, kehidupan Demokrasi yang diklaim kian berkembang, perdukunan yang notabene tak rasional malah kian laris dijambangi pelanggan.
Kenyataannya, keyakinan syirik, mistik, klenik, sebenarnya lahir dari rendahnya taraf berpikir (jumud, taqlid buta). Sesuatu yang tak rasional, malah diyakini dan diamalkan, bertaqlid buta kepada tradisi 'nenek moyang'. Padahal ajaran Islam melarang umat untuk bertaqlid dalam berakidah. Ini ditegaskan mayoritas ulama, termasuk Imam Taqiyuddin al-Nabhani berdasarkan dalil-dalil syara'.
Imam Taqiyuddin berkata dalam kitab Nizham al-Islam, "Islam mewajibkan setiap umatnya untuk menggunakan akal dalam beriman kepada Allah SWT (melalui proses berpikir, dengan batasan-batasannya pen), serta melarang bertaqlid dalam masalah akidah .... Penyembahan berhala, khurafat (cerita bohong) dan ajaran kebatinan, tidak lain merupakan akibat kesalahan perasaan hati ini (wijdan).
Lantas jika kita evaluasi, "Berapa banyak orang yang berobat ke dukun/ paranormal atau segala bentuk pengobatan syirik karena tak memahami Islam?"
Referensi: Buku Menyingkap Jin dan Dukun Hitam Putih Indonesia, karya Ustadz Irfan Abu Naveed, M.Pd.I